KHUTBAH IDUL FITRI
Meskipun saat ini kita
dalam masa-masa yang sulit, tapi alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi
kekuatan untuk merayakan hari kemenangan yang penuh kebahagiaan. Semoga kita
dianugerahi umur yang panjang sehingga dapat kembali menikmati kelezatan ibadah
pada Ramadhan yang akan datang. Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang
mukmin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Jika kita tidak menghiasi diri kita
dengan sifat sabar dan syukur dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan
mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan, kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. Sebaliknya,
jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam hati kita, maka kita akan meraih
ridha Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat. ini juga mengingatkan
kita akan kematian. Manusia pasti akan mati. Manusia tidak selamanya hidup di
dunia ini. Semuanya pasti akan berakhir dengan kematian. Firman Allah SWT,
dalam surat Al-A’raf 34 : وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا
يَسْتَقْدِمُون
Artinya : Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. Kematian
adalah pintu yang akan dimasuki oleh setiap insan. Ajal tidak akan meminta izin
kepada orang muda yang sehat. Maut juga tidak akan permisi kepada orang tua
yang sakit-sakitan. Maut akan menjemput seseorang secara tiba-tiba tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu. mengingatkan kepada kita akan arti penting dari
ilmu agama. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menggali hikmah dari suatu
kejadian. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan dapat bersabar dan bersyukur
sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu agama, kita tidak akan mampu menyikapi musibah
sesuai tuntunan syariat Islam. Jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah. Kita
bersyukur kepada Allah karena telah dianugerahi kekuatan untuk menuntaskan
ibadah puasa dan berbagai ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Setiap kali
selesai menuntaskan suatu ibadah, seorang mukmin yang baik akan berharap-harap
cemas. Berharap ibadahnya diterima oleh Allah. Dan cemas, jangan-jangan ibadah
yang telah dilakukan tidak diterima oleh-Nya.Harapan itu akan memotivasinya
untuk terus melakukan ibadah sehingga ia bisa menghimpun bekal
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kecemasan dan
kekhawatiran itu akan mendorongnya untuk terus beribadah, karena ia tidak tahu
ibadah mana yang diterima oleh Allah ta’ala, apakah ibadah yang telah
dikerjakan ataukah ibadah yang akan dilakukan.Setelah hak-hak Allah kita
tunaikan selama Ramadhan melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, tibalah kini
waktu untuk memenuhi hak-hak sesama hamba. Hari raya adalah salah satu momen
yang tepat untuk mempererat tali silaturahim dan memperkuat hubungan persaudaraan
sesama muslim dan sesama anak bangsa. Menyambung silaturahim adalah salah satu
kewajiban dan memutus silaturahim termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْـجَنَّةَ قَاطِعٌ (رَوَاهُ
الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ) Artinya: “Tidak akan
masuk surga (bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga) orang yang
memutus silaturahim (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Pada idil fitri ini setelah
kita membesarkan asma allah setelah kita ruku’ dan sujud dihadapan Allah Swt
setelah sebulan penuh kita puasa disiang hari dan tarawih dimalam hari, kita berharap
Allah Swt mensucikan diri kita mengembalikan kita kepada kemanusiaan kita pada
fitroh kesucian kita sebagai hamba Allah Swt. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ
Artinya : Sunggu
beruntunglah orang yang membersihkan dirinya. Coba kita ingat kembali dan kita
amati bersama mungkin pada tahun yang lalu ataupun pada bulan ramadhan yang
lalu, kita masih berkumpul bersama dengan keluarga, masih berada dalam pelukan
sang ibu dan masih merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang ayah, orang
tua yang seraya menjadai cahaya dalam kegelapan jadi penuntun dikala kita
jatuh, membina dan merawat kita, mulai dalam kandungan sampai kita dewasa
akankah kita menjadi anak yang tidak tau berterimakasih, akankah kita menjadi
anak yang durhaka yang tidak mau melihat senyum dibibir mereka, yang berkorban
membina dan merawat kita. Mohon maaf! Mengapa kita menjadi anak yang terbaik,
menjadi anak yang soleh dan solehah mengapa kita mendapatkan pendidikan yang
baik, mengapa kita mendapatkan rezeki yang barokah. Demikian itu tidak lain dan
tidak bukan adalah berkat doa dari ayah dan ibumu.Melalui kesempatan yang
penuh barokah ini Khotib mengetuk hati setiap iman kita yang hadir diksempatan
yang barokah ini, seluruh amal ibadah kita sholat, puasa, infak, Shodaqoh,
zakat bahkan haji dan umroh kita seluruhnya tertolak dihadapan Allah Swt, jikalau
ayah dan ibu kita belum meridhoi seluruh amal ibadah kita dihadapan Allah Swt.
Bagi anak yang durhaka
yang hari ini selalu menyakiti hati kedua orang tuanya, mungkin beberapa hari
yang lalu, mungkin beberapa bulan yang lalu, mungkin beberapa saat yang lalu,
pada tahun yang lalu, kita pernah menyakiti hati kedua orang tua kita, mungkin
kita pernah memukul ayah dan ibu kita, bebrapa kali kita mendobrak pintu,
beberapa kali kita menggertak ayah dan ibu kita, bahkan kita menjadi musuh
dalam hidup dan kehidupan mereka.Istighfar… mohon ampun kepada Allah, jikalau
hari ini masih ada anak yang hadir di majlis yang mulia ini, yang barokah ini
yang masih punya dosa kepada ayah ibunya, sesungguhnya sholatmu tidak akan
diterima Allah, infak sodakoh di tolak oleh Allah, bahkan puasa haji mu sah!
Tetapi tidak diterima seluruhnya dihadapan Allah Swt, jikalau masih ada dosa
dan noda yang pernah kita titipkan lewat lisan kita kepada ayah ibu kita.Kita
kembali melihat dan mengenang seluruh perjuangan ayah ibu kita. Semua tatap
wajah ayah ibunya, yang masih mampu melihat ayah ibunya tersenyum bahagia
adalah satu nikmat yang tak terhingga dihadapan Allah Swt, bahkan menatap wajah
seorang ibu kata Nabi adalah ibadah. ” النَظَرُ فِي ثَلَاثَة أَشْيَاءَ عِبَادَةُ ، النَظَرُ فِي َوجْهِ
الَأَبوَيْنِ وِفِي المُصْحَفِ ، وَفِي البَحْر
Abu
Nuaim berkata :” Abdullah Bin Muhammad Bin Jaafar menceritakan kepada kami :
Abdullah Bin Muhammad bin Zakaria menceritakan kepada kami : Sa’id bin Yahya
menceritakan kepada kami : Zafir menceritakan kepada kami daripada Abu Uthman
daripada Yahya Bin Said daripada Muhammad bin Ibrahim daripada ‘Aisyah r.anha.
Beliau berkata : Rasulullah saw bersabda : “Melihat pada tiga perkara (ini)
adalah ibadah : melihat kepada wajah kedua ibu bapa, melihat mushaf (al-Quran)
dan melihat laut.”Tapi mengapa kita selalu melihat dan memandang wajah ayah ibu
kita dalam tatapan sinis. Karena kenapa?mungkin hanya harta belaka, mungkin
karena harta warisan, sehingga kita menentang orang tua kita, sehingga kita
berbuat semena-mena didepan ayah ibu kita. Coba kita lihat kembali bagaimana
perjuangan seorang ibu melahirkan kita kemuka bumi ini. Darah bercucuran,
keringat tidak lagi terhenti, ibu menangis dihadapan Allah Swt, setiap lisan
yang keluar dari bibirnya adalah untuk anaknya.Demi Allah mengapa kita hari ini
kita menjadi anak yang sukses, tidak lain dan tidak bukan adalah doa dari ayah
ibu kita, setiap malam ibu kita berdoa “Ya Roob jadikan anakku anak yang soleh,
ya Roob jadikan anakku adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, ya roob
jadikan anak-anak kami anak yang terbaik, jadikan nasibnya lebih baik ketimbang
ayah dan ibunya”. Demi Allah!… Saati ini dikala kita sukses, dan kita sudah
mendapatkan harta yang layak, setelah kita menjadi anak yang terbaik menrut
ayah ibu kita, kemana semua anak-anaknya? terkadang setelah kita sukses kita
lupa dengan ayah ibu kita, jikalau ayah dan ibu kita kaya anaknya jadi raja,
tapi terkadang jikalau kita anak sudah sukses, terkadang orang tua kita kita
jadikan sebagai buruh, bahkan kita jadikan orang tua kita sebagai pembantu.
Istighfar… mohon ampun kepada Allah.Tataplah wajah ayah ibumu kata nabi dengan
tatapan kasih sayang, maka siapa anak yang menatap wajah ayah ibunya dengan
kasih sayang maka pahala yang terbesar baginya tidak lain dan tidak bukan
adalah haji yang mabrur. ما من ولد
بار ينظر إلى والديه نظرة رحمة إلا كتب الله له بكل نظرة حجة مبرورة
Artinya : siapa anak
kata nabi yang datang menatap wajah ibunya dengan tatapan kasih sayang, maka
Allah swt akan menuliskan baginya kataballahu lahu hajjan mabrura maka Allah akan
menuliskan baginya satu pahala haji yang mabrur.
Tapi mengapa kita
selalu menyakiti hati ayah ibu kita. Istighfar… anak yang hari ini yang masih
mampu menatap wajah ayah ibunya, tataplah wajah ibumu dengan kasih sayang,
berapa lama engkau akan menatap wajahnya senyuman indah yangk keluar dari
bibirnya, senyuman indah yang keluar ikhlas kepada anak-anaknya, senyum ibu
tidak ada politik didalamnya, tidak ada kamuflase di dalamnya, ikhlas kepada
kita anak-anaknya. Coba kita lihat perjuangan ayah ibu, dikala kita sakit ibu
tidak tidur dari pagi ketemu pagi dia gendong anaknya, ibu menangis dalam
doanya berkata “ya Rooob sembuhkan sakitnya anakku, kalau perlu saya ibunya
yang menggantikan sakitnya”. setelah ibu kita semakin hari semakin tua,
kulitnya semakin habis semakin keripuut, ibu kita semakin hari semakin renta,
butuh pengawan oleh anak-ankanya ibu kita jatuh sakit, kemana semua
anak-anaknya kita hanya sibuk dengan urusan dunia, kita hanya sibuk dengan diri
kita masing-masing. Istighfar mohon ampun kepada Allah. Coba kita lihat ibu
kita ibu yang ikhlas dan tulus merawat kita ibu yang tidak ada duanya yang
tidak ada gantinya dihadapan Allah swt oleh itu datang sahabat bertanya kepada
rosul: Artinya:Pada siapa saja aku harus berbuat baik dalam hidupku yaa
Rosulullah, maka Rosulllah Saw Bersabda “Ummuka” ibumu, setelah itu siapa lagi
ya Rosulullah Qola “Ummuka” setelah itu ibumu kata Nabi, setelah itu siapa lagi
Yaa Rasulullah? Qola Tsumma “Ummuka” setelah itu ibumu Tsumma “Abuuka” setelah
itu ayahmu. Ibu, Ibu, ibu setelah itu ayahmu.Tapi mengapa kita selalu
mengesampingkan ibu kita bahkan kita lebih menomor satukan istri kita ketimbang
ibu kita, ibu yang siang malam cintanya tidak pernah pudar dihadapan Allah.Coba
kita lihat jikalau ada anak yang punya banyak masalalah, sekalipun anak itu
ahli dosa ahli pendosa, bahkan ahli maksiat anak itu narkoba sabu-sabu anak itu
tidak ada baiknya pembunuh sekalipun tidak ada lagi masyarakat yang mau
menerimanya bahkan istrinya sudah mengusirnya. Coba engkau kembali ke pangkuan
ibumu 3x. Ibu akan menerima anaknya dengan lapang dada, apa yang akan keluar
dari lisan ibu “Sabar Annaku, ibu akan tetap menyencintai dan menyayangimu nak”
itu ucapan yang akan selalu keluar dari lisan ibu kita yang ikhlas yang tulus
tidak pernah ada duanya. Coba kita lihat kembali sewaktu ibu ayah kita berjuang
menyekolahkan kita, ada yang 3 bersaudara ada yang berempat, berlima, bertuju
bahkan ada yang sampai 10 bersaudara, coba kita ingat bagaimana perjuangan ibu,
ibu siang dan malam mengumpulkan uang untuk anak-anaknya menyekolahkan kita
gali lobang tutup lobang, ayah keluar siang, panas kepanasan hujan kehujanan,
panas terik tidak pernah ia pedulikan hujan deras tidak pernah ia hiraukan,
ayah banting tulang peras keringat untuk kita. Demi Allah setiap tetes air
keringat ayahmu tidak bisa engkau bayar dengan dunia dan seluruh isinya.
Ikhlasnya ayah ibu kita mengurus kita tidak akan mungkin kita gantikan dengan
seluruh emas berlian yang ada dimuka bumi ini. Istighfar mohon ampun seluruh
anak yang hadir di kesempatan yang penuh barokah ini. Coba kita lihat
perjuangan orang tua kita, coba kita lihat bagaimana perjuangan seorang ibu,
ibu siap gali lobang tutup lobang, jikalau anaknya butuh pendidikan ibu datang
pinjam kiri kanan ibu tidak menghiraukan malunya, dia datang kerumah sanak
keluarganya familynya, pinjam uang untuk anak-anaknya. Bahkan coba kita lihat
ibu kita yang ikhlas cintanya kepada kita tidak ada keraguannya didalamnya,
tidak ada campur baur didalamnya ibu mengurus kita siang dan malam,
menyekolahkan kita. ikhlasnya ibu mengumpulkan uang untuk kita. Setelah kita
menjadi kaya raya, punya kuangan yang mapan, rezeki yang mapan kemana semua
anaknya, ayah ibu rela tinggal di rumah gubuk, asalkan semua anaknya tinggal
dirumah istana. Ikhlasnya ayah ibu kepada kita tidak ada duanya. Oleh itu tidak
salah kata Nabi. seorang anak tidak akan pernah mendapatkan Ridhonya Allah
jikalau tidak ada ridho dari ibunya, tidak akan diterima puasamu tidak akan
pernah diterima seluruh amal ibadahmu di hadapan Allah… jikalau belum ada ridho
seorang ibu. Oleh itu dikesempatan yang singkat ini dikhotbah idul fitri yang
barokah ini semuanya yang hadir, yang masih mampu menatap wajah ibunya datang
lah menatap wajah ibumu dengan tatapan kasih sayang, yang masih mampu mencium
jari jemari dari ayah ibunya ciumlah tangannya sebelum keduanya tertimbun
tanah, sebelum keduanya masuk ke alam kubur alam barzah. Mungkin hari ini anak
yang sudah tidak bisa menatap wajah ayah ibunya, hari ini masih merasakan sedih
teramat sangat rindu menatap wajah ibunya, dalam doa berkata “Ya Rob… hari ini
kami rindu menatap wajah ayah ibu kami kami rindu menatap wajahnya yang ikhlas
kepada kami anak-anaknya tapi ya roob kami adalah makhluk yang terbatas, kami
adalah makhluk yang tidak punya apa-apa aku lebih cinta ayah ibu kami ketimbang
diri kami, oleh karena itu ya rob masih ada harapan kami kepada engkau ya Rob,
masih ada harapan kami kepada engkau ya Rob, pertemukan kami pada ayah ibu kami
kelak didalam Surga MU bersma Rosulmu Muhammad Saw”.
Seorang anak yang
paling bakhil dihadapan Allah dan Rosulnya, kata Nabi “Anak yang paling bakhil
adalah anak yang tidak pernah mendoakan ayah ibunya” yang tidak mau merawat
ayah ibunya. Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik. Didiklah anak-anakmu agar Insya Allah anak-anakmu
menjadi anak yang Soleh. Karena terkadang banyak orang tua mengatakan mengapa
anakku enggan menjadi anak yang Soleh. Mungkin kita sendiri orang tua belum menjadi
anak yang soleh, jikalau anak-anak kita kehendak menjadi anak yang Soleh kita
lah orang tuanya yang terlebih dahulu yang harus menjadi orang tua yang soleh. Di
hari nan fitri inilah waktu yang tepat bagi seorang anak untuk meraih kedua
tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia. “Rengkuhlah tubuhnya, ciumlah
tangan yang dulu kekar mengasuh kita, namun sekarang sudah lemah seraya
bersimpuh meminta maaf kepadanya.Mintalah keridhoan dan keikhlasannya untuk
bekal hidup kita. Dan marilah berdoa agar ia selalu mendapatkan perlindungan
dan kesehatan serta kemudahan dari Allah SWT.Lihat dan bersihkanlah pusara
mereka yang menunggu doa dari kita dan keluarga. Ia pastinya akan tersenyum
melihat kehadiran dan doa yang kita kirimkan. Sebaliknya mereka pasti akan
sangat bersedih ketika kita tidak datang mendoakan karena hanya itulah yang
mereka harapkan dialam sana,”Mungkin bukan hanya kepada kedua orang tua kita,
mungkin kepada saudara kita sendiri, handai taulan, famili kita, mungkin kita
pernah memutus tali silaturrahmi dihadapan Allah Swt, di kesempatan yang
barokah ini kita sama-sama berdiri dihadapan Allah Swt, saling mengulurkan
tangan agar setiap salah dan dosa kita dihadapan Allah Swt seluruhnya, terhapuskan
dihadapan Allah Swt. Semoga mereka tetap terjaga iman islamnya dan ketika ia
dipanggil oleh Allah SWT mereka menjadi hamba yang husnul khatimah dan kita
diberikan ketabahan dalam menghadapinya.”
Hikmah Kegembiraan dan Kesyukuran
Hikmah
Ketauhidan, Keimanan dan Ketaqwaan
Hikmah
Kefitrahan
Hikmah
Kepedulian
Hikmah
Kebersamaan dan Persatuan
No comments:
Post a Comment