Thursday, February 26, 2015

IMMAGINED COMMUNITIES

IMMAGINED COMMUNITIES

            Buku Imagined communities ini bercerita tentang dunia politik. Terkhusus di dalam bab pendahuluan, seorang Benedict Anderson akan bercerita tentang pandangan-pandangannya terkait Nasionalisme. Dalam buku ini, Anderson juga mengupas banyak hal yg di sembunyikan dari semangat nasionalisme yang disalah pakaikan. Masyarakat hanya disuguhkan hal-hal yg baiknya saja saat berbicara tentang Indonesia.
            Eric Hobsbawm mengatakan bahwa “Gerakan-gerakan dan negara-negara Marxis telah cenderung untuk menjadi nasional bukan hanya dalam bentuknya melainkan juga dalam substansinya, yaitu menjadi nasionalis”. Ke nasionalisan ini  merupakan nilai yg paling absah secara universal dalam kehidupan politik. Nation atau bangsa, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan terbukti sulit sekali dirumuskan , terlebih lagi diuraikan. Oleh sebab itu Anderson berusaha untuk melihat Nasionalitas bukan berdasarkan teori Marxisme ataupun Liberal. Buku ini juga menekankan bahwa nasionalisme merupakan artefak-artefak budaya (sejajar dengan benda-benda temuan arkeologis),  yg munculpada akhir abad ke-18 naionalisme muncul sebagai hasil persilangan berbagai kekuatan historis sehingga menjadi modular, yg kemudian ditanamkan dengan berbagai derajat kesadaran diri dan dileburkan dengan serangkaian tata politis dan ideologis yang luas. Nasionalisme yang merupakan artefak-artefak budaya telah membangkitan rasa keterikatan yang begiru mendalam. Anderson mengemukakan masalah naionalisme akan lebih mudah bila orang memperlakukan nasionalime seolah-olah ia berbagi ruangan dengan kekerabatan dan agama, bukannya dengan liberalisme atau fasisme. Dengan gaya berpikir Antropologisnya Anderson mendefinisikan nasional atau bangsa sebagai komunitas politis dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa terkecil sekali pun tidak dapat kenal dengan sebagaian besar anggota lain, namun dalam pikiran setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka.
            Antara tahun 1820 hingga 1920 pada zaman nasionalisme di Eropa, watak nasionalime telah mengubah paras Dunia Lama. Ada dua tampilan mencolok yang membedakan mereka dengan leluhurnya. Pertama, hampir seluruh nasionalisme punya makna penting ideologis dan politis. Kedua, semuanya bisa bekerja berdasarkan model-model yang disediakan oleh para pendahulu mereka. Saat itu bangsa menjadi sesuatu yang mampu secara sadar diidamkan semenjak awal dan bukan merupakan bingkai visi yang perlahan-lahan menajam. Temuan dan penaklukan menyebabkan revolusi dalam dunia gagasan Eropa tentang bahasa. Sejak dulu para pedagang, pelaut, misionaris dan para serdadu Portugis, Belanda dan Spanyol telah mengumpulkan isian daftar kata dari bahasa-bahasa non Eropa, yang belakangan di tata menjadi leksikon-leksikon sederhana. Sementara itu kajian perbandingan ilmiah antar bahasa baru dilakukan pada akhir abad ke-18, kegiatan-kegiatan imtelektual para profesional penting sekali artinya dalam membentuk nasionalisme di Eropa.
        Anderson meneliti latar belakang historis bangkitnya kesadaran nasionalisme, perkembangannya, hingga bagaimana nasionalisme bisa menjadi seperti saat ini. Anderson menggunakan pendekatan kultural pengaruh antropologi. Ia mendefinisikan bangsa atau nasionalisme adalah komunitas politis dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang, karena para anggotanya terkecil sekalipun tidak mengetahui dan tidak mengenali sebagian besar anggota lainnya, tidak akan bertatap muka dengan mereka bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentang mereka.
            Saya setuju dengan penekanan yg dikatakan Anderson dalam buku ini, yaitu bahwa identitas nasional bukan sesuatu yang alamiah atau yg sudah ada selama-lamanya (seperti sering diutamakan oleh ideologi-ideologi nasionalis), tetapi merupakan sesuatu yg baru yg dapat dibayangkan. Anderson membedakan apa yang dinamakan bangsa (nation) tidak sama dengan negara (state). Indonesia sebagai negara adalah "warisan kolonial" (product of colonial legacy). Teritorial, administrasi, sistem hukum (walaupun sekarang banyak diubah) Indonesia adalah produk dan kelanjutan dari pemerintahan kolonial Belanda. Sementara bangsa sangat berbeda dari negara. Bangsa Indonesia adalah baru, bukan hasil bentukan Belanda, sekalipun kelahirannya dipengaruhi oleh kolonialisme Belanda. Mentalitas birokrasi, cara memerintah, sistem administrasi adalah warisan kolonial.
            Setelah membaca buku ini, saya kerap bertanya-tanya siapakah bangsa Indonesia sesungguhnya? Indonesia adalah bangsa yang multi-etnik, multi-ras, multi-agama, multi-ideologi, dan sebagainya. Namun saya selalu kesulitan apabila ditanya, siapa sebenarnya orang Indonesia? Apakah orang Indonesia adalah orang pribumi? Siapa yang pribumi itu?
Siapakah Indonesia itu? Bukankah selama ini Indonesia diinterpretasikan secara sewenang-wenang ? Mengapa sebagian orang mengatakan keturunan Cina bukan Indonesia? Padahal kalau dilihat, sebelum semua orang yang mengaku dirinya "Indonesia" memakai bahasa Indonesia, orang-orang Cina yang memakai bahasa Melayu pasar sebagai bahasa pengantar dan bahasa komunikasi mereka adalah hal lumrah. Koran-koran bahasa Melayu pasar dan karya sastra yang diterbitkan orang Cina peranakan pada akhir abad ke-18, menunjukan bahwa "Indonesia" pertama-tama dibentuk oleh orang-orang keturunan Cina yang bisa disebut kaum diaspora, membentuk kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan leluhurnya sekaligus tidak sama dengan kebudayaan di negeri di mana dia tinggal. Kebudayaan ini menghubungkan keturunan Cina di Bandung, Banjarmasin, Medan, Makasar, dll. Kemudian kebudayaan ini dipakai oleh "pribumi" yang terpecah-pecah dan berbeda-beda untuk menyatukan dirinya. Dalam perjalanan selanjutnya, pendiri kebudayaan ini justru disingkirkan, mengalami diskriminasi dalam segala bidang.
            Menurut saya wajar Indonesia akan menjadi terpecah-belah. Jika dipandang dari sisi politik realis, sangat sulit untuk tetap mempersatukan Indonesia. Kalau tidak sekarang, mungkin perpecahan itu akan terjadi kemudian. Tetapi sebagai bangsa, mungkin Indonesia akan bertahan lebih lama. aceh mau merdeka. Ingat, apa bahasa yang akan mereka pakai? Bahasa Indonesia! Lagu kemerdekaan mereka dinyanyikan dalam bahasa Indonesia.


No comments:

Post a Comment