IMMAGINED COMMUNITIES
Buku Imagined communities ini bercerita tentang dunia politik.
Terkhusus di dalam bab pendahuluan, seorang Benedict Anderson akan bercerita
tentang pandangan-pandangannya terkait Nasionalisme. Dalam buku ini, Anderson
juga mengupas banyak hal yg di sembunyikan dari semangat nasionalisme yang
disalah pakaikan.
Masyarakat hanya disuguhkan hal-hal yg baiknya saja saat berbicara tentang
Indonesia.
Eric
Hobsbawm mengatakan bahwa “Gerakan-gerakan dan negara-negara Marxis telah
cenderung untuk menjadi nasional bukan hanya dalam bentuknya melainkan juga
dalam substansinya, yaitu menjadi nasionalis”. Ke nasionalisan ini merupakan nilai yg paling absah secara
universal dalam kehidupan politik. Nation atau bangsa, nasionalitas atau
kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan terbukti sulit sekali dirumuskan
, terlebih lagi diuraikan. Oleh sebab itu Anderson berusaha untuk melihat
Nasionalitas bukan berdasarkan teori Marxisme ataupun Liberal. Buku ini juga
menekankan bahwa nasionalisme merupakan artefak-artefak budaya (sejajar dengan
benda-benda temuan arkeologis), yg
munculpada akhir abad ke-18 naionalisme muncul sebagai hasil persilangan
berbagai kekuatan historis sehingga menjadi modular, yg kemudian ditanamkan
dengan berbagai derajat kesadaran diri dan dileburkan dengan serangkaian tata
politis dan ideologis yang luas. Nasionalisme yang merupakan artefak-artefak
budaya telah membangkitan rasa keterikatan yang begiru mendalam. Anderson
mengemukakan masalah naionalisme akan lebih mudah bila orang memperlakukan
nasionalime seolah-olah ia berbagi ruangan dengan kekerabatan dan agama,
bukannya dengan liberalisme atau fasisme. Dengan gaya berpikir Antropologisnya
Anderson mendefinisikan nasional atau bangsa sebagai komunitas politis dan
dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus
berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota
bangsa terkecil sekali pun tidak dapat kenal dengan sebagaian besar anggota lain,
namun dalam pikiran setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup sebuah
bayangan tentang kebersamaan mereka.
Antara tahun 1820 hingga
1920 pada zaman nasionalisme di Eropa, watak nasionalime telah mengubah paras
Dunia Lama. Ada dua tampilan mencolok yang membedakan mereka dengan leluhurnya.
Pertama, hampir seluruh nasionalisme punya makna penting ideologis dan politis.
Kedua, semuanya bisa bekerja berdasarkan model-model yang disediakan oleh para
pendahulu mereka. Saat itu bangsa menjadi sesuatu yang mampu secara sadar
diidamkan semenjak awal dan bukan merupakan bingkai visi yang perlahan-lahan
menajam. Temuan dan penaklukan menyebabkan revolusi dalam dunia gagasan Eropa
tentang bahasa. Sejak dulu para pedagang, pelaut, misionaris dan para serdadu
Portugis, Belanda dan Spanyol telah mengumpulkan isian daftar kata dari
bahasa-bahasa non Eropa, yang belakangan di tata menjadi leksikon-leksikon
sederhana. Sementara itu kajian perbandingan ilmiah antar bahasa baru dilakukan
pada akhir abad ke-18, kegiatan-kegiatan imtelektual para profesional penting
sekali artinya dalam membentuk nasionalisme di Eropa.
Anderson meneliti latar belakang historis bangkitnya
kesadaran nasionalisme, perkembangannya, hingga bagaimana nasionalisme bisa
menjadi seperti saat ini. Anderson menggunakan pendekatan kultural pengaruh
antropologi. Ia mendefinisikan bangsa atau nasionalisme adalah komunitas
politis dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren
sekaligus berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang, karena para
anggotanya terkecil sekalipun tidak mengetahui dan tidak mengenali sebagian
besar anggota lainnya, tidak akan bertatap muka dengan mereka bahkan mungkin
tidak pernah mendengar tentang mereka.
Saya setuju
dengan penekanan yg dikatakan Anderson dalam buku ini, yaitu bahwa identitas
nasional bukan sesuatu yang alamiah atau yg sudah ada selama-lamanya (seperti
sering diutamakan oleh ideologi-ideologi nasionalis), tetapi merupakan sesuatu
yg baru yg dapat dibayangkan. Anderson membedakan apa yang dinamakan bangsa (nation)
tidak sama dengan negara (state). Indonesia sebagai negara adalah
"warisan kolonial" (product of colonial legacy). Teritorial,
administrasi, sistem hukum (walaupun sekarang banyak diubah) Indonesia adalah
produk dan kelanjutan dari pemerintahan kolonial Belanda. Sementara bangsa
sangat berbeda dari negara. Bangsa Indonesia adalah baru, bukan hasil bentukan
Belanda, sekalipun kelahirannya dipengaruhi oleh kolonialisme Belanda.
Mentalitas birokrasi, cara memerintah, sistem administrasi adalah warisan
kolonial.
Setelah
membaca buku ini, saya kerap bertanya-tanya siapakah bangsa Indonesia
sesungguhnya? Indonesia adalah bangsa yang multi-etnik, multi-ras, multi-agama,
multi-ideologi, dan sebagainya. Namun saya selalu kesulitan apabila ditanya,
siapa sebenarnya orang Indonesia? Apakah orang Indonesia adalah orang pribumi?
Siapa yang pribumi itu?
Siapakah Indonesia itu? Bukankah selama ini Indonesia
diinterpretasikan secara sewenang-wenang ? Mengapa sebagian orang mengatakan
keturunan Cina bukan Indonesia? Padahal kalau dilihat, sebelum semua orang yang
mengaku dirinya "Indonesia" memakai bahasa Indonesia, orang-orang
Cina yang memakai bahasa Melayu pasar sebagai bahasa pengantar dan bahasa
komunikasi mereka adalah hal lumrah. Koran-koran bahasa Melayu pasar dan karya
sastra yang diterbitkan orang Cina peranakan pada akhir abad ke-18, menunjukan
bahwa "Indonesia" pertama-tama dibentuk oleh orang-orang keturunan
Cina yang bisa disebut kaum diaspora, membentuk kebudayaan sendiri yang berbeda
dengan kebudayaan leluhurnya sekaligus tidak sama dengan kebudayaan di negeri
di mana dia tinggal. Kebudayaan ini menghubungkan keturunan Cina di Bandung,
Banjarmasin, Medan, Makasar, dll. Kemudian kebudayaan ini dipakai oleh
"pribumi" yang terpecah-pecah dan berbeda-beda untuk menyatukan
dirinya. Dalam perjalanan selanjutnya, pendiri kebudayaan ini justru disingkirkan,
mengalami diskriminasi dalam segala bidang.
Menurut saya wajar
Indonesia akan menjadi terpecah-belah.
Jika dipandang dari sisi politik realis, sangat sulit untuk tetap mempersatukan
Indonesia. Kalau tidak sekarang, mungkin perpecahan itu akan terjadi kemudian.
Tetapi sebagai bangsa, mungkin Indonesia akan bertahan lebih lama. aceh mau merdeka. Ingat, apa bahasa yang
akan mereka pakai? Bahasa Indonesia! Lagu kemerdekaan mereka dinyanyikan dalam
bahasa Indonesia.
No comments:
Post a Comment