Monday, March 23, 2015

AFEKSI, EMOSI ATAU MOOD? Oleh Faisal efendi

AFEKSI, EMOSI ATAU MOOD?
Oleh : FAISAL EFENDI




Apa bedanya Afeksi, Emosi, dan Mood?

Nah, terkadang masih banyak individu yang keliru mengartikannya.


Berikut ini secuil uraian perbedaan dari ketiganya yang pernah aku peroleh dari dosen favoritku (waktu kuliah dulu):


Afeksi:
 nada perasaan (bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di 'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan tetapi dapat menimbulkan ingconruency (ketidaksebidangan).

Emosi:
 suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan sesuatu), melibatkan aspek biologis dan durasi kemunculannya pendek/singkat.

Mood: ini juga sama merupakan suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan), melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya biasanya panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).

Nah, berikut ini contoh ilustrasinya:



Dalam afeksi, ada yang namanya
 flat affect (afek datar). Yang begini biasanya adalah kategori "orang palsu" atau "orang represi (suka menekan/memendam sesuatu)" sebab afeknya berfungsi namun emosinya tidak berfungsi. Misal: temannya meninggal tapi dia tidak mau menangis, bisa jadi menutup-nutupi kesedihannya dan bisa juga karena tidak respect pada temannya sehingga tidak ikut merasa sedih.

Kalau emosi itu, kenapa dikatakan melibatkan aspek biologis? Maksudnya seperti ini, contoh: orang yang marah, wajahnya berubah merah. Atau contoh lainnya seperti empati (bisa merasakan) atau simpati (larut dalam perasaannya).


Kalau mood, biasanya ini seringkali timbul tenggelam, kadang mereda kadang pula memuncak dan bila sudah di tingkat gangguan (disorders), ada yang namanya Mood Disorder. Gangguan mood itu ada berbagai macam, antara lain Episode Depresi Mayor, Manic Episode, Hypomanic Episode, dan Manic Depressive. Biasanya ini onset-nya sekitar 2 minggu-an bahkan bisa terjadi hingga bertahun-tahun (kalau sudah parah).


Nah, sekarang sudah bisa ngebedain kan?


Jangan keliru lagi ya! ^_^










































Pengertian Afek (Affect), suasana Hati (Mood), Emosi (Emotion), dan Perasaan (Feeling)




A.     Pendahuluan
Kadang-kadang, sulit diuraikan perbedaan antara afek atau sikap, suasana hati, emosi, dan perasaan. Hal itu terjadi karena sebagian besar kita menganggap afek adalah sikap, dimana sikap sangat dipengaruhi oleh suasana hati dan perasaan. Hal ini tidak salah, sebab secara harafiah makna kata afek dan turunannya adalah sebagai berikut:



1.            [Istilah dalam bidang psikologis] afek  adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai perasaan. Contoh: cinta, kebencian, kesukaan dan hobi
2.            [istilah dalam bidang kedokteran] afek  adalah perubahan perasaan karena tanggapan dalam kesadaran seseorang (terutama apabila tanggapan itu datangnya mendadak danberlangsung tidak lama, seperti marah)
3.            Afeksi, bermakna (1) kasih sayang; dan (2) perasaan-perasaan dan emosi  (KBBI, 2008; disesuaikan)

 Terlihat bahwa afek atau afeksi erat dengan kejiwaan manusia, sebab istilah kedokteran juga menyangkut (terimplisit) kejiwaan manusia. Sementara itu, emosi adalah ungkapan perasaan. Kadang-kadang juga emosi dianggap sebagai suatu sikap, sehingga  sering kita dengar ungkapan ‘ia bersikap emosi’. Umumnya, yang dikenal selama ini adalah makna sempit dari ‘emosi’ karena emosi dikonotasian hanya bermakna marah. Padahal, emosi dibagi menjadi dua, yakni emosi positif dan negatif.

Dalam dunia pendidikan, guru dan semua stakeholder sebaiknya harus memahami makna masing-masing istilah tersebut. Secara operasional, mungkin saja kata-kata ini jarang dipakai sebagaimana makna ilmiahnya, seperti arti harafiah menurut kamus di atas. Akan tetapi, memahami makna istilah-istilah ini adalah bekal berharga agar guru, orang tua, atau pihak yang berpartisipasi dalam urusan pendidikan, mampu bersikap atau merancang strategi ‘mendidik´ yang benar-benar sesuai dengan kondisi psikologis anak didik atau siswa. Sebab, kegiatan pendidikan erat kaitannya dengan psikologi peserta didik.

Uraian dalam tulisan kali ini, dapat membantu kita memahami secara mendalam makna masing-masing istilah (kata) tersebut.

B.      Pengertian Afek (Affect),  suasana Hati (Mood), Emosi (Emotion), dan Perasaan (Feeling)
Afek, suasana hati, emosi dan perasaan memiliki kesamaan fungsi yaitu sebagai pemberi sinyal yang menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis pada individu untuk secara lebih adaptif merespons rangsangan (stimulus) dari lingkungan.

Afek:
Afek mencakup pengertian sikap, nilai-nilai (value), semangat belajar, tanggungjawab, dan keterlibatan emosi siswa (Bloom, 1982). Denton dan McKinney (2004) menunjukkan delapan aspek afektif yg berkorelasi posoitif dengan prestasi yaitu: (1) merasa mampu (2) menganggap penting (3)  komitmen melakukan tugas (4) Merasa rileks selama ikuti pelajarn (5) merasa sebagai anggota kelas, (6) merasa diterima dan dihargai oleh guru (7) merasa tertarik dengan pelajran  dan (8) mersa diterima dan dihrgai oleh teman2 kelas. 

Suasana Hati (mood) :
Merefleksikan perubahan temporer ‘afek’ berkaitan dengan harapan tentang kecenderungan umum positif atau negatif.  Sebagai bagian dari afek, suasana hati juga berfungsi untuk memberi sinyal atau informasi kepada individu tentang kemungkinan senang atau kecewa dalam suatu interaksi dengan lingkunagan sosial atau fisik. Suasana hati menjadi cerah jika lingkungan memberikan kesenangan dan menjadi muram jika lingkungan tidak memberikan kesenangan. Suasana hati yang baik dapat meningkatkan perilaku kecenderungan mendekat ke interaksi sosial, perilaku prososial, dan tantangan. Sedangkan suasana hati yang buruk meningkatkan respon semakin menjauh dan membela diri.
Contoh, seorang anak dengan suasana hati tidak tenang, akan menolak untuk makan bersama keluarga, walaupun disajikan makanan yang sangat enak. Demikian juga, jika siswa mengikuti pembelajaran di kelas dengan ‘hati yang tidak tenteram’. Kosentrasi siswa tersebut besar kemungkinan akan terganggu sehingga materi pelajaran menjadi tidak bermakna, bahkan ia cenderung ingin segera pelajaran berakhir. Siswa seperti ini ingin segera bermain atau beraktifitas tanpa suatu aturan, beraktifitas secara tidak formal. Karena dengan demikian, ia akan merasa bebas dari suasana hati yang kacau.

Emosi :
Emosi merupakan jenis khusus dari afek yang merefleksikan eksistensi tujuan spesifik individu sehingga reaksi emosi lebih jelas dan lebih kuat daripada suasana hati yang bersifat umum dan temporer. Emosi primer bersifat universal artinya berlaku umum, dialami/diterima/diakui banyak orang. Yang termasuk emosi primer adalah senang/bahagia, sedih, takut, marah, terkejut, dan jijik. Misalnya saat melihat kue, semua orang ingin memakannya, sebaliknya jia melihat kotoran semua orang pasti jijik.
Emosi sekunder yaitu beberapa perilaku dilabeli emosi terutama emosi sosial, seperti perilaku malu, irihati, rasa bersalah, dan bangga. Ini tidak berlaku pada semua orang. Ada orang yang malu jika tampil menyanyi di depan umum, tetapi ada orang yang malah merasa bahagian dan bangga jika menyanyi dan ditonton banyak orang.
 Pembagian jenis emosi menurut Lazarus (1991, dalam Prawitasari 2012) membaginya menjadi dua yaitu (1) kelompok emosi negatif dan kelompok emosi positif. Emosi negatif: marah, takut, cemas, rasa bersalah, malu, sedih, irihati dan jijik; (2) Emosi positif: senang, bahagia dan cinta.  Emosi negatif muncul dari anggitan (appraisal) terhadap stimulus lingkungan yang tidak sesuai dan tidak sama (goal irelevance dan goal incongruence) dengan tujuan sehingga stimulus dipandang menunda, menghilangkan, menentang, atau bahkan mengancam tujuan individu. Emosi positif muncul dari anggitan terhadap stimulus lingkungan yang sesuai dan sama dngan tujuan (goal relevance dan goal congruence) sehingga stimulus dinilai mendukung pencapaian tujuan individu. Menurut Lewin (1992) tujuan individu adalah merefleksikan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam hal intensitas, emosi mencakup dua keadaan yakni keadaan perasaan subjektif (emotion as state) dan kesiapan untuk bertindak [(action readiness, Lazarus, 1991; dalam Prawitasari, 2012)]. Ekspresi suatu emosi selalu melibatkan dua hal tersebut, yang selalu dibarengi dgn perubahan fisiolgis. Misalnya, marah selalu merupakan perasaan yg disertai dengan perubahan fisiologis spt aktifitas otak, biokimia tubuh, detak jantung, ritme pernafasan, dan tingkat tekanan darah di otot-otot, yg memungkinkan ndividu siap bertindak menyerang objek penyebab marah, baik secara verbal maupun non verbal, secara intensif daripada ketika ia sedang tidak marah. Demikian juga dgn jenis emosi lainnya spt takut, sedih, riang, gembira, jijik, dan terhina, selalu berkaitan dgn keadaan subjektif dan perubahan fisiologis yg menyiapkan individu utk bertindak tertentu. Menurut Frijda (2004), emosi bisa muncul dlm bentuk perilaku yg meledk-ledak atau impulsif.
Sebagai suatu keadaan dan kesiapan bertindak, emosi terwujud dalam reaksi spontan dan reaksi konstan (Lazarus, 1991). Dalam reaksi spontan, emosi akan muncul spontan ketika menghadapi situasi khusus dan anggitan khusus pula, misalnya, seorang siswa spontan marah letika bukunya dirobek teman. Sebagai reaksi konstan, suatu emosi ertentu menjadi respon permanen yang terwujud dalam kecenderungan konstan (tetap) seseorang. Artinya, seseorang sering menggunakan salah satu emosi dan tindakan tertentu dalam mereaksi berbagai lingkungan. Misalnya, dalam mereaksi inglah laku nakal siswa, seorang guru cenderung menggunakan emosi marah  dan menjewer telinga, sehingga siswa yg sering dimarahi dan dijewer akan mengatakan guru tersebut pemarah, memiliki sifat suka marah, atau mudah marah.

Perasaan:
Perasaan adalah emosi yg dirasakan dan diketahui oleh individu (Damasio, 1999, dalam Prawtasari, 2012). Manusia dilengkapi kesadaran yg memungkinkan dia mengetahui perasaannya, dan selanjutnya emosi berinteraksi dengan proses berpikir. Emosi yg dikenali oleh pikiran dapat meningkatkan kemampuan individu untuk merespons secara lebih adaptif, penuh kehati-hatian terhadap stimulus untuk bertahan hidup. Dengan demikian perasaan merupakan perlengkapan yang lebih kompleks daripada emosi karena sudah melibatkan kesadaran. Pola sinyal sensoris seperti sakit dan nikmat juga telah menjadi perasaan jika seorang telah mengetahui bahwa ia merasakannya, misalnya ia merasakan (mengetahui) sedang sakit atau merasa (mengetahui) sedang nikmat.

C.       Peran Panca Indera
Afek hingga emosi tidak akan pernah terjadi jika manusia tidak memiliki alat indra. Semua stimulus dari lingkungan diterima reseptor untuk diteruskan ke otak atau sumu-sum tulang belakang. Dengan pertimbangan otak (pikiran, penalaran) maka muncul reaksi berupa afek, suasana hati, mood, atau emosi dan perasaan. Kadang-kadang, rangsangan tidak ditanggapi dengan pertimbangan penalaran, tetapi otot tubuh dikomandoi secara otomatis untuk segera bereaksi. Misalnya, seorang menginjak kerikil tajam, maka dengan sendirinya akan terkejut dan secara refleks mengangkat kaki. Komando otomatis itu berpusat di sum-sum tulang belakang manusia.
Kelima panca indera manusia disebut external senses karena secara umum diyakini bahwa melalui kelima alat indra itu  kita berhubungan dengan dunia luar. Masing-masing alat indera memiliki objek sendiri-sendiri, namun kelimanya dapat secara bersama-sama atau berpasang-pasangan atau malahan secara simultan bekerja atas suatu rangsangan (membantu tubuh untuk memberi respon).
Kulit yang merasa sakit akan merangsang otak untuk memerintahkan organ mulut ‘berteriak’. Alat indera mebantu otak untuk menentukan sikap. Walaupun di masyarakat kita ada istilah ‘bersikap tanpa otak’, tetapi sebenarnya semua sikap (secara sadar) telah dipertimbangkan oleh otak. Emosi negatif pun, wajar secara alamiah sebagai manusia, dengan pertimbangan otaknya. Dalam hal ini, afek yang dipamerkan adalah kombinasi pertimbangan pikiran dan perasaan (feeling).   
Sesempurna apa pun alat indera manusia, tidak akan bermakna apa-apa jika tidak disertai perasaan. Hal ini menjadi dasar sehingga dalam peradabannya, manusia kemudian menciptakan nilai dan norma. Norma merupakan manifestasi (perwujudan) dari kumpulan afek manusia yang berkoloni dalam suatu komunitas sosial. Dalam hal ini, afek-afek tersebut diakui dan diterima derajat kebenarannya dalam komunitas. Contoh, nilai persatuan, ditunjukkan dengan sikap bersahabat, yang mana rangsangannya datang dari lingkungan berupa sesama manusia. Nilai religius, kekudusan masuk surga merangsang manusia untuk mewujudkan sikap taat beragama.  










































Pengertian dan Contoh Key Performance Indicators

Pengelolaan kinerja pegawai secara efektif merupakan salah satu faktor kunci untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan. Dalam hal ini, pengelolaan kinerja yang efektif mencakup proses pengukuran hasil kerja pegawai secara obyektif melalui serangkaian indikator kinerja yang tepat. Melalui metode pemilihan KEY PERFORMANCE INDICATORS, diharapkan proses pembinaan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan optimal, obyektif dan memberikan kontribusi positif bagi kinerja bisnis perusahaan.
Manfaat Penerapan KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI)
Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan, diantaranya adalah :
• Melalui metode KEY PERFORMANCE INDICATORS maka kinerja setiap pegawai dapat dievaluasi secara lebih obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas yang sering terjadi dalam proses penilaian kinerja pegawai.
• Melalui penentuan key performance indicators (KPI) secara tepat, setiap pegawai juga menjadi lebih paham mengenai hasil kerja yang diharapkan darinya. Hal ini akan mendorong pegawai bekerja lebih optimal untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
• Melalui penetapan KEY PERFORMANCE INDICATORS yang obyektif dan terukur, maka proses pembinaan kinerja pegawai dapat dilakukan secara lebih transparan dan sistematis.
• Hasil skor KEY PERFORMANCE INDICATORS yang obyektif dan terukur juga dapat dijadikan dasar untuk pemberian reward dan punishment pegawai. Dengan demikian, pegawai yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat reward, sebaliknya yang kerjanya kurang baik akan mendapat punishment.
Definisi KEY PERFORMANCE INDICATORS
• KEY PERFORMANCE INDICATORS = Indikator Kinerja Kunci. KEY PERFORMANCE INDICATORS merupakan Indikator yang memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan target kerja yang telah kita tetapkan
• Indikator KPI harus bersifat terukur. Harus bisa dihitung/diukur.
• Indikator KEY PERFORMANCE INDICATORS juga merujuk pada hasil kerja kita (output kerja)
• Ukuran keberhasilan harus menunjukkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)
• Ukuran keberhasilan harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa yang diukur
• Biaya untuk mengidentifikasi dan memonitor Ukuran Keberhasilan sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan diketahui dari pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan yang tidak banyak memberi nilai tambah
Peran Atasan dalam Penerapan KEY PERFORMANCE INDICATORS
• Secara periodik (setahun sekali) Nilai KEY PERFORMANCE INDICATORS dihitung oleh pegawai dan atasannya. Dalam pengisian tabel KEY PERFORMANCE INDICATORS, pegawai dan atasan harus memberikan tandatangan persetujuan pada kolom yang sudah ada di lembar penilaian.
• Selain itu, dalam proses pengisian itu peran aktif dari para atasan sangat diharapkan sehingga proses pengembangan kinerja dapat berjalan dengan optimal. Diharapkan agar atasan melakukan pertemuan secara periodik (misal setiap bulan) dan mengumpulkan semua anak buahnya untuk membahas pencapaian KEY PERFORMANCE INDICATORS dari masing-masing staf.
• Pengelolaan kinerja SDM merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan bisnis perusahaan. Diharapkan sistem KEY PERFORMANCE INDICATORS yang diterapkan akan mampu mendorong kinerja pegawai secara berkesinambungan. Pada gilirannya, hal ini juga akan ikut membantu peningkatan kinerja bisnis perusahaan secara berkelanjutan.










TEORI EKONOMI KEYNES

EKONOMI KEYNESIAN: adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan yang kemudian akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Teori Keynes ini menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great Depression. http://www.wisegeek.org/what-is-keynesian-economics.htm
Pada Teori Keynes, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara normal. Ketika Great Depression melanda, masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.
Solusi Keynes untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan dari sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus campur tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa oleh pemerintah sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini bagaimanapun merupakan solusi yang tidak populer. Namun demikian, belanja pertahanan pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu pulihnya perekonomian Amerika Serikat.
Aliran Ekonomi Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut campur tangan dalam meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini bertentangan dengan pemikiran ekonomi yang populer saat itu – laizes-faire capitalism(teori kapitalisme). Kapitalisme murni merupakan teori yang menentang campur tangan sektor publik dan pemerintah dalam perekonomian. Teori ini percaya bahwa pasar yang bebas campur tangan akan mencapai keseimbangannya sendiri. Keynes berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak swasta tidak sepenuhnya diberikan kekuasaan untuk mengelola perekonomian, karena pada umumnya seperti yang dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak swasta bertujuan utama untuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan apabila hal itu dibiarkan maka perekonomian akan menjadi tidak kondusif secara keseluruhan. Oleh karena itu, agar kegiatan swasta dapat terjamin berada pada jalur yang tepat, maka harus ada satu otoritas yang mengendalikan dan mengatur perekonomian tersebut. Otoritas tersebut tentu saja adalah pemerintah.
Teori Keynes mengecam kebijakan pemerintah yang terlalu mendorong tabungan dan tidak mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung pendistribusian kekayaan secara terkendali ketika diperlukan. Teori Keynes kemudian menyimpulkan bahwa ada alasan pragmatis untuk pendistribusian kemakmuran: jika segment masyarakat yang lebih miskin diberikan sejumlah uang, mereka akan cenderung membelanjakannya daripada menyimpannya; yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes ini adalah “PERANAN PEMERINTAH”  yang tadinya diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik.  John Meynard Keynes menjelaskan teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul “THE GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY”

TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI
PRODUKSI, PENDAPATAN DAN PERMINTAAN ——–> GDP
Pergerakan aktifitas perkonomian dari tahun ke tahun ditentukan oleh 3 hal yang dalam perekonomian makro saling berkaitan satu dengan lainnya; yaitu: Produksi, Pendapatan dan Permintaan. Interaksi ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:
·         Perubahan permintaan untuk barang menyebabkan perubahan produksi
·         Perubahan produksi menyebabkan perubahan pendapatan
·         Perubahan pendapatan menyebabkan perubahan permintaan barang
PRODUK DOMESTIK BRUTO (Y) adalah jumlah nilai seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Dari segi pendekatan pengeluaran, Pendapatan Nasional adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh sektor di dalam suatu negara. Sektor-sektor tersebut adalah sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor pemerintahan dan sektor perdagangan internasional. Pengeluaran sektor rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I), pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintahan(G), sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negeri tercermin dari selisih antara ekspor dan impor Negara yang bersangkutan (X-M).
Analisa Pendapatan Nasional mempunyai 3 pendekatan model perekonomian yaitu:
  1. Perekonomian 2 sektor  (Rumah Tangga dan Badan Usaha)
Y  =  C  +  I 
  1. Perekonomian 3 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah)
Y  =  C  +  I  +  G
Jumlah dari C, I dan G mencerminkan pembelian barang dan jasa oleh konsumsi rumah tangga, badan usaha dan pemerintah. Untuk menentukan pembelian barang dan jasa domestik, harus diketahui expor bersih atau net export yaitu dengan mengurangkan Impor dan menambahkan Expor. Impor merupakan pembelian barang dan jasa dari luar negeri oleh konsumen dan perusahaan domestik, dan pemerintah. Ekspor merupakan pembelian barang dan jasa domestik oleh pihak asing. 
  1. Perekonomian 4 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah, Perdagangan Internasional)
Pendapatan Disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara nyata dapat dibelanjakan oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemerintah seperti pajak, cukai dan sebagainya. 
http://www.docstoc.com/docs/78472550/Contoh-Makalah-Matematika-Ekonomi
Variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:
  1. Pajak (T) 
    merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel.
  2. Pembayaran Alihan/Transfer Payment (R) 
    Pembayaran alihan merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13, dll.
Berdasarkan ada tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis dalam kalimat matematis sebagai berikut:
·         Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan
Yd = Y 
 
·         Kondisi terdapat Pajak (T)
Yd = Y – T 
·         Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y + R 
·         Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y – T + R
Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan tabungan bukanlah pendapatan nasional.
Persamaan Fungsi Pendapatan adalah:
Yd = C + S
C  =  Konsumsi Agregat 
S  =  Tabungan Agregat
 
Yd=  Pendapatan disposabel
Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri dari Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,
FUNGSI KONSUMSI (C)  

Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “
Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Teori Konsumsi Keynes menyatakan bahwa
Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.
Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.
Teori Konsumsi Keynes didasarkan pada 3 postulat, yaitu:
  1. Konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah antara nol dan satu, dan pula besarnya perubahan konsumsi selalu diatas 50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1)  
  2. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity to Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata kecenderungan menabung akan semakin tinggi.
  3. Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel. Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :
C = a + MPC (Yd) 
dimana:
C      = Konsumsi agregat  
a      = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun pendapatan=0)
 
Yd    = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan 
 
              Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi 
           perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam
 
          perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
 
MPC =  Marginal Prospensity to Consume  = angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap 
                                                                   kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
 
                                                                   dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi
 Tingkat konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian berbeda-beda pada tingkat pendapatan nasional yang berbeda. Misalnya, suatu negara pada suatu waktu memiliki tingkat pendapatan nasional sebesar 200, dengan tingkat konsumsi sebesar 150. Ketika perekonomian negara tersebut tumbuh dan pendapatan nasionalnya menjadi 250,  tingkat konsumsi menjadi 230. Untuk dapat menentukan fungsi konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda dibutuhkan variabel APC (Average Prospensity to Consume). Yang dimaksud dengan average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian itu sendiri di waktu yang berbeda.
Cn    =    Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesar n 
Yn    =    Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
CONTOH PERHITUNGAN: 
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
1.     Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 40 milyar, besarnya konsumsi sebesar Rp. 36 milyar per tahun.
2.     Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 100 milyar.
Y1 = 40                                              MPC   =     60/80      =  0,75 
Y2 = 120                                           APC1  =     36/40       =  0,9
 
C1 = 36                                             APC2  =     96/120     =  0,8
 
C2 = 96
Ada beberapa cara untuk menentukan fungsi konsumsi dalam persoalan diatas. Salah satunya dengan menggunakan rumus persamaan garis yang melalui dua titik. Dimana apabila digambarkan dalam diagram, kondisi perekonomian negara tersebut diatas adalah seperti dibawah ini:
PERHITUNGAN:
  C = a + MPC(Y) 
36 = a + 0,75 x 40
 
  a = 36 – 30
 
  a =  6
 
Fungsi konsumsi negara tersebut :  
 C  =  6 + 0,75Y
Kondisi Breakeven dimana konsumsi sama dengan tingkat pendapatan disposabel: 
C   =   Y
 
C   =  6 + 0,75C
 
0,25C  =6
 
C      =    24
 
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi:
1.     TINGKAT PENDAPATAN DAN KEKAYAAN MASYARAKAT; yaitu tingkat pendapatan masyarakat yang dapat digunakan baik untuk konsumsi maupun tabungan, dan fungsi dari ketiganya dapat terbentuk.
2.     BUDAYA, GAYA HIDUP, SELERA KONSUMEN; setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai kepuasan. Hal ini mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi secara agregat dalam suatu perekonomian.
3.     HARGA BARANG DAN JASA; hal ini sangat erat berkaitan dengan elastisitas setiap barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Seberapa besar perubahan harga akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
4.     TINGKAT PENDIDIKAN; pendidikan membentuk karakter pribadi yang secara agregat akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam suatu negara.
5.     JUMLAH PENDUDUK; semakin besar jumlah penduduk suatu negara, semakin besar jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut.
6.     LINGKUNGAN DAN MEDIA; seberapa besar masyarakat suatu negara atau perekonomian dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat lain disekitarnya. Bagaimana lingkungan mempengaruhi selera masyarakat merupakan satu hal yang sangat mempengaruhi pola konsumsi.
FUNGSI TABUNGAN (S)
Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M).
Tabungan merupakan sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga.  Ia terutama tergantung  kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu.  Makin besar jumlah pendapatannya yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya.  Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga itu.  Ini berarti, menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga-dan bukan suku bunga yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga.
Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang menyatakan bahwa tabungan ditentukan oleh besarnya bunga dalam perekonomian. Keynes berpendapat bahwa Tabungan merupakan salah satu sebab seseorang menahan uangnya dan tidak membelanjakan untuk konsumsi.
Pada fungsi tabungan (saving) dikenal istilah MPS = Marginal Prospensity to Saving yaitu perbandingan antara perubahan pendapatan disposabel dengan perubahan jumlah tabungan.
Sedangkan Avarage Prospensity to Consume APS adalah perbandingan antara tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan.
Fungsi Tabungan adalah semua pendapatan setelah dikurangi dengan konsumsi. Pada perekonomian yang lebih luas pengurang pendapatan lebih banyak, seperti pajak dan lain-lain. Fungsi tabungan secara matematis dapat di rumuskan sebagai berikut:
S = Yd – C dimana
S  =  Tingkat tabungan agregat 
Y  =  Tingkat pendapatan
 
C  =  Tingkat konsumsi
Sementara kita ketahui diatas bahwa C = a + MPC(Yd) maka:
S = Y – (a + MPC(Yd) 
S = Y – a – MPC(Yd)
 
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
 
S = –a + Y – MPC(Y)

S = –a + (1 – MPC)Yd
S            = Tabungan agregat 
a
            = autonomous Income 
MPC       = Marginal Propensity to Consume
 
1—MPC  = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
 
Yd          = Pendapatan disposable
CONTOH PERHITUNGAN:
FUNGSI INVESTASI (I)
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi agregat
  1. Pengaruh Nilai Tukar 
    Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut. 
  2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga 
    Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final. 
  3. Tingkat Inflasi 
    Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif.  Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik. 
  4. Infrastruktur 
    Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat. 
  5. Pemerintah 
    Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Jika investasi dilambangkan dengan huruf I dan tingkat bunga dilambangkan dengan huruf i, maka secara umum fungsi permintaan akan investasi dapat dituliskan : I   = Investasi 
I
0  = Investasi otonom 
i   = Tingkat bunga 
p  = proporsi I terhadap i
Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan logika ekonomi hal ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi, orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan diterima dari penanaman modal, akibatnya permintaan akan investasi berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula mahalnya kredit, sehingga mengurangi gairah investasi dikalangan pengusaha. Hal sebaliknya terjadi jika tingkat bunga rendah.
FUNGSI IMPOR (S)
Impor suatu negara merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung berkorelasi positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin besar pula kebutuhan atau hasratnya akan barang-barang dari luar negeri, sehingga nilai impornya semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor antara lain:
  1. Kekurangan produksi; suatu negara yang memiliki kebutuhan akan suatu barang dan jasa melebihi kemampuan produksi agregatnya akan melakukan impor barang. 
  2. Stabilitas harga; suatu perekonomian yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri dengan produksi agregatnya, membutuhkan impor ketika terjadi fluktuasi harga pada barang dan jasa tertentu, terutama produk pertanian yang suplainya tergantung pada musim panen. 
  3. Ongkos produksi; suatu perekonomian yang belum memiliki teknologi dan faktor produksinya terbatas akan mengimpor barang dan jasa karena ongkos produksi apabila diproduksi didalam negeri akan jauh lebih tinggi dari pada impor. 
  4. Komponen Barang dan Jasa; Suatu perekonomian yang sedang berkembang, memiliki kebutuhan akan impor barang untuk memproduksi suatu barang yang belum semua komponennya dapat dibuat sendiri, sementara barang tersebut sudah menjadi kebutuhan dalam masyarakat perekonomian tersebut.  
  5. Barang modal; terutama untuk perekonomian yang sedang berkembang, membutuhkan barang-barang modal untuk menghasilkan produk-produk yang menjadi kebutuhan perekonomian tersebut.
Persamaan fungsi impor:
FUNGSI PERMINTAAN UANG
Sebab seseorang menahan uang menurut Keynes adalah:
  1. Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.  
  2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi, maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatang yang sifatnya berjaga-jaga. Besarnya permintaan uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan pula. Semakin besar tingkat pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga pun semakin besar. MDp = f(Y). 
  3. Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern diman lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain, fungsi permintaannya adalah MDs = f(i).
ANALISIS IS—LM
Kurva IS adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar barang. Untuk model perekonomian sederhana (dua sektor), persamaan kurva IS dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan investasi (I) terhadap persamaan tabungan (S).
CONTOH
Suatu perekonomian memiliki fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y dan fungsi investasi I = 2000 – 5000i
fungsi tabungan dengan C = 500 + 0,8Y adalah S =  -500 + 0,2Y dan fungsi I = 2000 – 5000


















No comments:

Post a Comment