AFEKSI,
EMOSI ATAU MOOD?
Oleh : FAISAL EFENDI
Apa bedanya Afeksi, Emosi,
dan Mood?
Nah, terkadang masih banyak individu yang keliru mengartikannya.
Berikut ini secuil uraian perbedaan dari ketiganya yang pernah aku peroleh dari dosen favoritku (waktu kuliah dulu):
Afeksi: nada perasaan (bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di 'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan tetapi dapat menimbulkan ingconruency (ketidaksebidangan).
Emosi: suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan sesuatu), melibatkan aspek biologis dan durasi kemunculannya pendek/singkat.
Mood: ini juga sama merupakan suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan), melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya biasanya panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).
Nah, berikut ini contoh ilustrasinya:
Dalam afeksi, ada yang namanya flat affect (afek datar). Yang begini biasanya adalah kategori "orang palsu" atau "orang represi (suka menekan/memendam sesuatu)" sebab afeknya berfungsi namun emosinya tidak berfungsi. Misal: temannya meninggal tapi dia tidak mau menangis, bisa jadi menutup-nutupi kesedihannya dan bisa juga karena tidak respect pada temannya sehingga tidak ikut merasa sedih.
Kalau emosi itu, kenapa dikatakan melibatkan aspek biologis? Maksudnya seperti ini, contoh: orang yang marah, wajahnya berubah merah. Atau contoh lainnya seperti empati (bisa merasakan) atau simpati (larut dalam perasaannya).
Kalau mood, biasanya ini seringkali timbul tenggelam, kadang mereda kadang pula memuncak dan bila sudah di tingkat gangguan (disorders), ada yang namanya Mood Disorder. Gangguan mood itu ada berbagai macam, antara lain Episode Depresi Mayor, Manic Episode, Hypomanic Episode, dan Manic Depressive. Biasanya ini onset-nya sekitar 2 minggu-an bahkan bisa terjadi hingga bertahun-tahun (kalau sudah parah).
Nah, sekarang sudah bisa ngebedain kan?
Jangan keliru lagi ya! ^_^
Nah, terkadang masih banyak individu yang keliru mengartikannya.
Berikut ini secuil uraian perbedaan dari ketiganya yang pernah aku peroleh dari dosen favoritku (waktu kuliah dulu):
Afeksi: nada perasaan (bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di 'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan tetapi dapat menimbulkan ingconruency (ketidaksebidangan).
Emosi: suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan sesuatu), melibatkan aspek biologis dan durasi kemunculannya pendek/singkat.
Mood: ini juga sama merupakan suasana hati (respon yang terjadi setelah merasakan), melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya biasanya panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).
Nah, berikut ini contoh ilustrasinya:
Dalam afeksi, ada yang namanya flat affect (afek datar). Yang begini biasanya adalah kategori "orang palsu" atau "orang represi (suka menekan/memendam sesuatu)" sebab afeknya berfungsi namun emosinya tidak berfungsi. Misal: temannya meninggal tapi dia tidak mau menangis, bisa jadi menutup-nutupi kesedihannya dan bisa juga karena tidak respect pada temannya sehingga tidak ikut merasa sedih.
Kalau emosi itu, kenapa dikatakan melibatkan aspek biologis? Maksudnya seperti ini, contoh: orang yang marah, wajahnya berubah merah. Atau contoh lainnya seperti empati (bisa merasakan) atau simpati (larut dalam perasaannya).
Kalau mood, biasanya ini seringkali timbul tenggelam, kadang mereda kadang pula memuncak dan bila sudah di tingkat gangguan (disorders), ada yang namanya Mood Disorder. Gangguan mood itu ada berbagai macam, antara lain Episode Depresi Mayor, Manic Episode, Hypomanic Episode, dan Manic Depressive. Biasanya ini onset-nya sekitar 2 minggu-an bahkan bisa terjadi hingga bertahun-tahun (kalau sudah parah).
Nah, sekarang sudah bisa ngebedain kan?
Jangan keliru lagi ya! ^_^
Pengertian Afek (Affect), suasana Hati
(Mood), Emosi (Emotion), dan Perasaan (Feeling)
A. Pendahuluan
Kadang-kadang, sulit diuraikan perbedaan antara afek atau sikap,
suasana hati, emosi, dan perasaan. Hal itu terjadi karena sebagian besar kita
menganggap afek adalah sikap, dimana sikap sangat dipengaruhi oleh suasana hati
dan perasaan. Hal ini tidak salah, sebab secara harafiah makna kata afek dan turunannya
adalah sebagai berikut:
1.
[Istilah dalam bidang psikologis] afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan atau
kesedihan yang pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman mewarnai perasaan.
Contoh: cinta, kebencian, kesukaan dan hobi
2.
[istilah dalam bidang kedokteran] afek adalah perubahan perasaan karena tanggapan dalam kesadaran seseorang
(terutama apabila tanggapan itu datangnya mendadak danberlangsung tidak lama, seperti
marah)
3.
Afeksi, bermakna (1) kasih sayang; dan (2) perasaan-perasaan dan
emosi (KBBI, 2008; disesuaikan)
Terlihat bahwa afek atau afeksi erat dengan kejiwaan
manusia, sebab istilah kedokteran juga menyangkut (terimplisit) kejiwaan
manusia. Sementara itu, emosi adalah ungkapan perasaan. Kadang-kadang juga
emosi dianggap sebagai suatu sikap, sehingga sering kita dengar ungkapan ‘ia bersikap emosi’. Umumnya,
yang dikenal selama ini adalah makna sempit dari ‘emosi’ karena emosi dikonotasian hanya bermakna marah. Padahal, emosi dibagi menjadi dua, yakni emosi positif dan
negatif.
Dalam dunia pendidikan, guru dan semua stakeholder sebaiknya
harus memahami makna masing-masing istilah tersebut. Secara operasional,
mungkin saja kata-kata ini jarang dipakai sebagaimana makna ilmiahnya, seperti
arti harafiah menurut kamus di atas. Akan tetapi, memahami makna
istilah-istilah ini adalah bekal berharga agar guru, orang tua, atau pihak yang
berpartisipasi dalam urusan pendidikan, mampu bersikap atau merancang strategi
‘mendidik´ yang benar-benar sesuai dengan
kondisi psikologis anak didik atau siswa. Sebab, kegiatan pendidikan erat
kaitannya dengan psikologi peserta didik.
Uraian dalam tulisan kali ini, dapat membantu kita memahami
secara mendalam makna masing-masing istilah (kata) tersebut.
B. Pengertian Afek (Affect), suasana Hati (Mood), Emosi (Emotion), dan
Perasaan (Feeling)
Afek, suasana hati, emosi dan perasaan memiliki kesamaan fungsi
yaitu sebagai pemberi sinyal yang menimbulkan perubahan fisiologis dan
psikologis pada individu untuk secara lebih adaptif merespons rangsangan
(stimulus) dari lingkungan.
Afek:
Afek mencakup pengertian sikap, nilai-nilai (value), semangat
belajar, tanggungjawab, dan keterlibatan emosi siswa (Bloom, 1982). Denton dan
McKinney (2004) menunjukkan delapan aspek afektif yg berkorelasi posoitif
dengan prestasi yaitu: (1) merasa mampu (2) menganggap penting (3) komitmen melakukan tugas (4) Merasa rileks selama ikuti pelajarn
(5) merasa sebagai anggota kelas, (6) merasa diterima dan dihargai oleh guru
(7) merasa tertarik dengan pelajran dan (8) mersa
diterima dan dihrgai oleh teman2 kelas.
Suasana Hati (mood) :
Merefleksikan perubahan temporer ‘afek’ berkaitan dengan harapan
tentang kecenderungan umum positif atau negatif. Sebagai bagian dari afek, suasana hati juga berfungsi untuk
memberi sinyal atau informasi kepada individu tentang kemungkinan senang atau
kecewa dalam suatu interaksi dengan lingkunagan sosial atau fisik. Suasana hati
menjadi cerah jika lingkungan memberikan kesenangan dan menjadi muram jika
lingkungan tidak memberikan kesenangan. Suasana hati yang baik dapat
meningkatkan perilaku kecenderungan mendekat ke interaksi sosial, perilaku
prososial, dan tantangan. Sedangkan suasana hati yang buruk meningkatkan respon
semakin menjauh dan membela diri.
Contoh, seorang anak dengan suasana hati tidak tenang, akan
menolak untuk makan bersama keluarga, walaupun disajikan makanan yang sangat
enak. Demikian juga, jika siswa mengikuti pembelajaran di kelas dengan ‘hati
yang tidak tenteram’. Kosentrasi siswa tersebut besar kemungkinan akan
terganggu sehingga materi pelajaran menjadi tidak bermakna, bahkan ia cenderung
ingin segera pelajaran berakhir. Siswa seperti ini ingin segera bermain atau
beraktifitas tanpa suatu aturan, beraktifitas secara tidak formal. Karena
dengan demikian, ia akan merasa bebas dari suasana hati yang kacau.
Emosi :
Emosi merupakan jenis khusus dari afek yang merefleksikan
eksistensi tujuan spesifik individu sehingga reaksi emosi lebih jelas dan lebih
kuat daripada suasana hati yang bersifat umum dan temporer. Emosi primer
bersifat universal artinya berlaku umum, dialami/diterima/diakui banyak orang.
Yang termasuk emosi primer adalah senang/bahagia, sedih, takut, marah, terkejut,
dan jijik. Misalnya saat melihat kue, semua orang ingin memakannya, sebaliknya
jia melihat kotoran semua orang pasti jijik.
Emosi sekunder yaitu beberapa perilaku dilabeli emosi terutama
emosi sosial, seperti perilaku malu, irihati, rasa bersalah, dan bangga. Ini
tidak berlaku pada semua orang. Ada orang yang malu jika tampil menyanyi di
depan umum, tetapi ada orang yang malah merasa bahagian dan bangga jika
menyanyi dan ditonton banyak orang.
Pembagian jenis emosi menurut Lazarus (1991, dalam
Prawitasari 2012) membaginya menjadi dua yaitu (1) kelompok emosi negatif dan
kelompok emosi positif. Emosi negatif: marah, takut, cemas, rasa bersalah,
malu, sedih, irihati dan jijik; (2) Emosi positif: senang, bahagia dan
cinta. Emosi negatif muncul dari anggitan (appraisal)
terhadap stimulus lingkungan yang tidak sesuai dan tidak sama (goal
irelevance dan goal incongruence) dengan tujuan sehingga stimulus
dipandang menunda, menghilangkan, menentang, atau bahkan mengancam tujuan
individu. Emosi positif muncul dari anggitan terhadap stimulus lingkungan yang
sesuai dan sama dngan tujuan (goal relevance dan goal congruence) sehingga stimulus
dinilai mendukung pencapaian tujuan individu. Menurut Lewin (1992) tujuan
individu adalah merefleksikan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam hal intensitas, emosi mencakup dua keadaan yakni keadaan
perasaan subjektif (emotion as state) dan kesiapan untuk bertindak [(action
readiness, Lazarus, 1991;
dalam Prawitasari, 2012)]. Ekspresi suatu emosi selalu melibatkan dua hal
tersebut, yang selalu dibarengi dgn perubahan fisiolgis. Misalnya, marah selalu
merupakan perasaan yg disertai dengan perubahan fisiologis spt aktifitas otak,
biokimia tubuh, detak jantung, ritme pernafasan, dan tingkat tekanan darah di
otot-otot, yg memungkinkan ndividu siap bertindak menyerang objek penyebab
marah, baik secara verbal maupun non verbal, secara intensif daripada ketika ia
sedang tidak marah. Demikian juga dgn jenis emosi lainnya spt takut, sedih,
riang, gembira, jijik, dan terhina, selalu berkaitan dgn keadaan subjektif dan
perubahan fisiologis yg menyiapkan individu utk bertindak tertentu. Menurut
Frijda (2004), emosi bisa muncul dlm bentuk perilaku yg meledk-ledak atau
impulsif.
Sebagai suatu keadaan dan kesiapan bertindak, emosi terwujud
dalam reaksi spontan dan reaksi konstan (Lazarus, 1991). Dalam reaksi spontan,
emosi akan muncul spontan ketika menghadapi situasi khusus dan anggitan khusus
pula, misalnya, seorang siswa spontan marah letika bukunya dirobek teman.
Sebagai reaksi konstan, suatu emosi ertentu menjadi respon permanen yang
terwujud dalam kecenderungan konstan (tetap) seseorang. Artinya, seseorang
sering menggunakan salah satu emosi dan tindakan tertentu dalam mereaksi
berbagai lingkungan. Misalnya, dalam mereaksi inglah laku nakal siswa, seorang
guru cenderung menggunakan emosi marah dan menjewer telinga, sehingga siswa yg sering dimarahi dan dijewer akan mengatakan
guru tersebut pemarah, memiliki sifat suka marah, atau mudah marah.
Perasaan:
Perasaan adalah emosi yg dirasakan dan diketahui oleh individu
(Damasio, 1999, dalam Prawtasari, 2012). Manusia dilengkapi kesadaran yg
memungkinkan dia mengetahui perasaannya, dan selanjutnya emosi berinteraksi
dengan proses berpikir. Emosi yg dikenali oleh pikiran dapat meningkatkan
kemampuan individu untuk merespons secara lebih adaptif, penuh kehati-hatian
terhadap stimulus untuk bertahan hidup. Dengan demikian perasaan merupakan
perlengkapan yang lebih kompleks daripada emosi karena sudah melibatkan
kesadaran. Pola sinyal sensoris seperti sakit dan nikmat juga telah menjadi
perasaan jika seorang telah mengetahui bahwa ia merasakannya, misalnya ia
merasakan (mengetahui) sedang sakit atau merasa (mengetahui) sedang nikmat.
C. Peran
Panca Indera
Afek hingga emosi tidak akan pernah terjadi jika manusia tidak
memiliki alat indra. Semua stimulus dari lingkungan diterima reseptor untuk
diteruskan ke otak atau sumu-sum tulang belakang. Dengan pertimbangan otak
(pikiran, penalaran) maka muncul reaksi berupa afek, suasana hati, mood, atau
emosi dan perasaan. Kadang-kadang, rangsangan tidak ditanggapi dengan
pertimbangan penalaran, tetapi otot tubuh dikomandoi secara otomatis untuk
segera bereaksi. Misalnya, seorang menginjak kerikil tajam, maka dengan
sendirinya akan terkejut dan secara refleks mengangkat kaki. Komando otomatis
itu berpusat di sum-sum tulang belakang manusia.
Kelima panca indera manusia disebut external senses karena secara umum
diyakini bahwa melalui kelima alat indra itu kita berhubungan dengan dunia luar. Masing-masing alat indera
memiliki objek sendiri-sendiri, namun kelimanya dapat secara bersama-sama atau
berpasang-pasangan atau malahan secara simultan bekerja atas suatu rangsangan
(membantu tubuh untuk memberi respon).
Kulit yang merasa sakit akan merangsang otak untuk memerintahkan organ mulut ‘berteriak’. Alat
indera mebantu otak untuk menentukan sikap. Walaupun di masyarakat kita ada
istilah ‘bersikap tanpa otak’, tetapi sebenarnya
semua sikap (secara sadar) telah dipertimbangkan oleh otak. Emosi negatif pun,
wajar secara alamiah sebagai manusia, dengan pertimbangan otaknya. Dalam hal
ini, afek yang dipamerkan
adalah kombinasi pertimbangan pikiran dan perasaan (feeling).
Sesempurna apa pun alat indera manusia, tidak akan bermakna
apa-apa jika tidak disertai perasaan. Hal ini menjadi dasar sehingga dalam
peradabannya, manusia kemudian menciptakan nilai dan norma. Norma merupakan manifestasi (perwujudan) dari kumpulan afek manusia yang berkoloni
dalam suatu komunitas sosial. Dalam hal ini, afek-afek tersebut diakui dan diterima derajat kebenarannya dalam
komunitas. Contoh, nilai persatuan, ditunjukkan dengan sikap bersahabat, yang
mana rangsangannya datang dari lingkungan berupa sesama manusia. Nilai
religius, kekudusan masuk surga merangsang manusia untuk mewujudkan
sikap taat beragama.
Pengertian dan Contoh Key Performance Indicators
Pengelolaan kinerja
pegawai secara efektif merupakan salah satu faktor kunci untuk meningkatkan
kinerja bisnis perusahaan. Dalam hal ini, pengelolaan kinerja yang efektif
mencakup proses pengukuran hasil kerja pegawai secara obyektif melalui
serangkaian indikator kinerja yang tepat. Melalui metode pemilihan KEY
PERFORMANCE INDICATORS, diharapkan
proses pembinaan kinerja pegawai dapat dilakukan dengan optimal, obyektif dan
memberikan kontribusi positif bagi kinerja bisnis perusahaan.
Manfaat
Penerapan KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI)
Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan, diantaranya adalah :
Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan, diantaranya adalah :
• Melalui metode KEY
PERFORMANCE INDICATORS maka kinerja setiap pegawai dapat dievaluasi secara
lebih obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas yang
sering terjadi dalam proses penilaian kinerja pegawai.
• Melalui penentuan key
performance indicators (KPI) secara tepat, setiap pegawai juga menjadi lebih
paham mengenai hasil kerja yang diharapkan darinya. Hal ini akan mendorong
pegawai bekerja lebih optimal untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan.
• Melalui penetapan KEY
PERFORMANCE INDICATORS yang obyektif dan terukur, maka proses pembinaan kinerja
pegawai dapat dilakukan secara lebih transparan dan sistematis.
• Hasil skor KEY PERFORMANCE
INDICATORS yang obyektif dan terukur juga dapat dijadikan dasar untuk pemberian
reward dan punishment pegawai. Dengan demikian, pegawai yang kinerjanya lebih
bagus akan mendapat reward, sebaliknya yang kerjanya kurang baik akan mendapat
punishment.
Definisi KEY PERFORMANCE INDICATORS
• KEY PERFORMANCE INDICATORS = Indikator Kinerja Kunci. KEY PERFORMANCE INDICATORS merupakan Indikator yang memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan target kerja yang telah kita tetapkan
• Indikator KPI harus bersifat terukur. Harus bisa dihitung/diukur.
• Indikator KEY PERFORMANCE INDICATORS juga merujuk pada hasil kerja kita (output kerja)
• Ukuran keberhasilan harus menunjukkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)
• Ukuran keberhasilan harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa yang diukur
• Biaya untuk mengidentifikasi dan memonitor Ukuran Keberhasilan sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan diketahui dari pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan yang tidak banyak memberi nilai tambah
• KEY PERFORMANCE INDICATORS = Indikator Kinerja Kunci. KEY PERFORMANCE INDICATORS merupakan Indikator yang memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan target kerja yang telah kita tetapkan
• Indikator KPI harus bersifat terukur. Harus bisa dihitung/diukur.
• Indikator KEY PERFORMANCE INDICATORS juga merujuk pada hasil kerja kita (output kerja)
• Ukuran keberhasilan harus menunjukkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)
• Ukuran keberhasilan harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga menjadi jelas apa yang diukur
• Biaya untuk mengidentifikasi dan memonitor Ukuran Keberhasilan sebaiknya tidak melebihi nilai yang akan diketahui dari pengukuran tersebut. Hindari pengukuran yang berlebihan yang tidak banyak memberi nilai tambah
Peran
Atasan dalam Penerapan KEY PERFORMANCE INDICATORS
• Secara periodik (setahun sekali) Nilai KEY PERFORMANCE INDICATORS dihitung oleh pegawai dan atasannya. Dalam pengisian tabel KEY PERFORMANCE INDICATORS, pegawai dan atasan harus memberikan tandatangan persetujuan pada kolom yang sudah ada di lembar penilaian.
• Secara periodik (setahun sekali) Nilai KEY PERFORMANCE INDICATORS dihitung oleh pegawai dan atasannya. Dalam pengisian tabel KEY PERFORMANCE INDICATORS, pegawai dan atasan harus memberikan tandatangan persetujuan pada kolom yang sudah ada di lembar penilaian.
• Selain itu, dalam
proses pengisian itu peran aktif dari para atasan sangat diharapkan sehingga
proses pengembangan kinerja dapat berjalan dengan optimal. Diharapkan agar
atasan melakukan pertemuan secara periodik (misal setiap bulan) dan
mengumpulkan semua anak buahnya untuk membahas pencapaian KEY PERFORMANCE
INDICATORS dari masing-masing staf.
• Pengelolaan kinerja
SDM merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan bisnis perusahaan.
Diharapkan sistem KEY PERFORMANCE INDICATORS yang diterapkan akan mampu mendorong
kinerja pegawai secara berkesinambungan. Pada gilirannya, hal ini juga akan
ikut membantu peningkatan kinerja bisnis perusahaan secara berkelanjutan.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2011/01/31/contoh-pengertian-dan-manfaat-key-performance-indicators/#sthash.b53GiReb.dpuf
TEORI EKONOMI
KEYNES
EKONOMI KEYNESIAN: adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil
dari John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883
sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara
sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas
hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja
(konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan yang kemudian
akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Teori Keynes ini
menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great
Depression. http://www.wisegeek.org/what-is-keynesian-economics.htm
Pada Teori Keynes,
konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan menjadi
pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila
seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain.
Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara
normal. Ketika Great Depression melanda, masyarakat secara alami bereaksi
dengan menahan belanja dan cenderung menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan
Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang dan
selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.
Solusi Keynes
untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan dari
sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus campur
tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan
suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa oleh pemerintah
sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini bagaimanapun merupakan solusi
yang tidak populer. Namun demikian, belanja pertahanan pemerintah yang
dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu pulihnya
perekonomian Amerika Serikat.
Aliran Ekonomi Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut
campur tangan dalam meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini
bertentangan dengan pemikiran ekonomi yang populer saat itu – laizes-faire capitalism(teori
kapitalisme). Kapitalisme murni merupakan teori yang menentang campur tangan
sektor publik dan pemerintah dalam perekonomian. Teori ini percaya bahwa pasar
yang bebas campur tangan akan mencapai keseimbangannya sendiri. Keynes
berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak swasta tidak sepenuhnya diberikan
kekuasaan untuk mengelola perekonomian, karena pada umumnya seperti yang
dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak swasta bertujuan utama untuk
mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan apabila hal itu dibiarkan maka
perekonomian akan menjadi tidak kondusif secara keseluruhan. Oleh karena itu,
agar kegiatan swasta dapat terjamin berada pada jalur yang tepat, maka harus
ada satu otoritas yang mengendalikan dan mengatur perekonomian tersebut.
Otoritas tersebut tentu saja adalah pemerintah.
Teori Keynes mengecam kebijakan pemerintah yang terlalu
mendorong tabungan dan tidak mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung
pendistribusian kekayaan secara terkendali ketika diperlukan. Teori Keynes
kemudian menyimpulkan bahwa ada alasan pragmatis untuk pendistribusian
kemakmuran: jika segment masyarakat yang lebih miskin diberikan sejumlah uang,
mereka akan cenderung membelanjakannya daripada menyimpannya; yang kemudian
mendorong pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes ini adalah “PERANAN
PEMERINTAH” yang tadinya diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik. John
Meynard Keynes menjelaskan teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul “THE
GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY”
TEORI
KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI
PRODUKSI,
PENDAPATAN DAN PERMINTAAN ——–> GDP
Pergerakan
aktifitas perkonomian dari tahun ke tahun ditentukan oleh 3 hal yang dalam
perekonomian makro saling berkaitan satu dengan lainnya; yaitu: Produksi,
Pendapatan dan Permintaan. Interaksi ketiganya dapat dinyatakan sebagai
berikut:
·
Perubahan permintaan untuk barang menyebabkan perubahan produksi
·
Perubahan produksi menyebabkan perubahan pendapatan
·
Perubahan pendapatan menyebabkan perubahan permintaan barang
PRODUK DOMESTIK BRUTO (Y) adalah jumlah nilai seluruh produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan
pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Dari
segi pendekatan pengeluaran, Pendapatan Nasional adalah jumlah pengeluaran yang
dilakukan oleh seluruh sektor di dalam suatu negara. Sektor-sektor tersebut
adalah sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor pemerintahan dan sektor
perdagangan internasional. Pengeluaran sektor rumah tangga dicerminkan oleh
konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I), pengeluaran
sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintahan(G), sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negeri tercermin
dari selisih antara ekspor dan impor Negara yang bersangkutan (X-M).
Analisa Pendapatan
Nasional mempunyai 3 pendekatan model perekonomian yaitu:
- Perekonomian
2 sektor (Rumah Tangga dan Badan Usaha)
Y = C + I
- Perekonomian
3 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah)
Y = C + I + G
Jumlah dari C, I dan G
mencerminkan pembelian barang dan jasa oleh konsumsi rumah tangga, badan usaha
dan pemerintah. Untuk menentukan pembelian barang dan jasa domestik, harus
diketahui expor bersih atau net export yaitu dengan mengurangkan Impor dan
menambahkan Expor. Impor merupakan pembelian barang dan jasa dari luar negeri
oleh konsumen dan perusahaan domestik, dan pemerintah. Ekspor merupakan
pembelian barang dan jasa domestik oleh pihak asing.
- Perekonomian
4 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah, Perdagangan
Internasional)
Pendapatan Disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara nyata dapat dibelanjakan
oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemerintah seperti pajak,
cukai dan sebagainya.
http://www.docstoc.com/docs/78472550/Contoh-Makalah-Matematika-Ekonomi
http://www.docstoc.com/docs/78472550/Contoh-Makalah-Matematika-Ekonomi
Variabel yang
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:
- Pajak
(T)
merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel. - Pembayaran
Alihan/Transfer Payment (R)
Pembayaran alihan merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13, dll.
Berdasarkan ada
tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu
negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis dalam kalimat
matematis sebagai berikut:
·
Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan
Yd = Y
·
Kondisi terdapat Pajak (T)
Yd = Y – T
·
Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y + R
·
Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer)
Yd = Y – T
+ R
Pendapatan
disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan
tabungan bukanlah pendapatan nasional.
Persamaan Fungsi
Pendapatan adalah:
Yd = C + S
C = Konsumsi
Agregat
S = Tabungan Agregat
Yd= Pendapatan disposabel
S = Tabungan Agregat
Yd= Pendapatan disposabel
Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi
Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri dari Konsumsi, Investasi,
Pengeluaran Pemerintah,
FUNGSI KONSUMSI (C)
Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun 1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama, yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa karena teori ini.
Teori Konsumsi
Keynes menyatakan bahwa
Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh
pendapatannya. Semakin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat
tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat
pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk
konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat
konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.
Teori Konsumsi
Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut
(Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi
seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat
pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut Keynes
semuanya tidak terlalu berpengaruh.
Teori Konsumsi
Keynes didasarkan pada 3 postulat, yaitu:
- Konsumsi
meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya peningkatan
konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh karenanya adanya
batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan mengkonsumsi
marginal = MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah
antara nol dan satu, dan pula besarnya perubahan konsumsi selalu diatas
50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1)
- Rata-rata
kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity to
Consume). akan
turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan pendapatan selalu lebih
besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga sehingga pada setiap naiknya
pendapatan pastilah akan memperbesar tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan
satu pernyataan lagi bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan maka
pastilah rata-rata kecenderungan menabung akan semakin tinggi.
- Bahwa
pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama) dari
konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.
Keynes menjelaskan
bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel. Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari tingkat
pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat
pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika
pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja
tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
Fungsi konsumsi
Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :
C = a + MPC (Yd)
dimana:
C = Konsumsi agregat
a = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume = angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi
a = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa. Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd menjadi Y – T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan transfer pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume = angka yang menunjukkan besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi
Tingkat konsumsi
masyarakat dalam suatu perekonomian berbeda-beda pada tingkat pendapatan
nasional yang berbeda. Misalnya, suatu negara pada suatu waktu memiliki tingkat
pendapatan nasional sebesar 200, dengan tingkat konsumsi sebesar 150. Ketika
perekonomian negara tersebut tumbuh dan pendapatan nasionalnya menjadi 250,
tingkat konsumsi menjadi 230. Untuk dapat menentukan fungsi konsumsi pada dua
tingkat pendapatan nasional yang berbeda dibutuhkan variabel APC (Average Prospensity to Consume). Yang dimaksud dengan average propensity
to consume ialah perbandingan
antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya
tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian itu sendiri di waktu yang
berbeda.
Cn
= Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
Yn = Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n
CONTOH PERHITUNGAN:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
1.
Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya
sebesar Rp. 40 milyar, besarnya konsumsi sebesar Rp. 36 milyar per tahun.
2.
Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp.
120 milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 100 milyar.
Y1 =
40
MPC = 60/80
= 0,75
Y2 = 120 APC1 = 36/40 = 0,9
C1 = 36 APC2 = 96/120 = 0,8
C2 = 96
Y2 = 120 APC1 = 36/40 = 0,9
C1 = 36 APC2 = 96/120 = 0,8
C2 = 96
Ada beberapa cara untuk menentukan fungsi
konsumsi dalam persoalan diatas. Salah satunya dengan menggunakan rumus
persamaan garis yang melalui dua titik. Dimana apabila digambarkan dalam
diagram, kondisi perekonomian negara tersebut diatas adalah seperti dibawah
ini:
C = a +
MPC(Y)
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 – 30
a = 6
Fungsi konsumsi negara tersebut : C = 6 + 0,75Y
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 – 30
a = 6
Fungsi konsumsi negara tersebut : C = 6 + 0,75Y
Kondisi Breakeven
dimana konsumsi sama dengan tingkat pendapatan disposabel:
C = Y
C = 6 + 0,75C
0,25C =6
C = 24
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
C = Y
C = 6 + 0,75C
0,25C =6
C = 24
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi tingkat konsumsi:
1.
TINGKAT PENDAPATAN DAN KEKAYAAN MASYARAKAT; yaitu tingkat
pendapatan masyarakat yang dapat digunakan baik untuk konsumsi maupun tabungan,
dan fungsi dari ketiganya dapat terbentuk.
2.
BUDAYA, GAYA HIDUP, SELERA KONSUMEN; setiap orang memiliki
keinginan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai kepuasan. Hal
ini mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi secara agregat dalam suatu
perekonomian.
3.
HARGA BARANG DAN JASA; hal ini sangat erat berkaitan dengan
elastisitas setiap barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Seberapa besar
perubahan harga akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa
tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
4.
TINGKAT PENDIDIKAN; pendidikan membentuk karakter pribadi yang
secara agregat akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam suatu negara.
5.
JUMLAH PENDUDUK; semakin besar jumlah penduduk suatu negara,
semakin besar jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut.
6.
LINGKUNGAN DAN MEDIA; seberapa besar masyarakat suatu negara
atau perekonomian dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat lain
disekitarnya. Bagaimana lingkungan mempengaruhi selera masyarakat merupakan
satu hal yang sangat mempengaruhi pola konsumsi.
FUNGSI TABUNGAN (S)
Tabungan nasional
(national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam
perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan
konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan
nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk
membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan
pinjaman dari luar negeri (X-M).
Tabungan merupakan
sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Menurut Keynes, besarnya
tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi
rendahnya suku bunga. Ia terutama tergantung kepada besar kecilnya
tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatannya
yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin besar pula jumlah tabungan yang akan
dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak
mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga
tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan
dilakukan oleh rumah tangga itu. Ini berarti, menurut pendapat Keynes,
jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga-dan bukan suku bunga yang menjadi
penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga.
Hal ini berbeda
dengan pandangan klasik yang menyatakan bahwa tabungan ditentukan oleh besarnya
bunga dalam perekonomian. Keynes berpendapat bahwa Tabungan merupakan salah
satu sebab seseorang menahan uangnya dan tidak membelanjakan untuk konsumsi.
Pada fungsi
tabungan (saving) dikenal istilah MPS = Marginal Prospensity to Saving yaitu
perbandingan antara perubahan pendapatan disposabel dengan perubahan jumlah
tabungan.
Sedangkan Avarage
Prospensity to Consume APS adalah perbandingan antara tingkat tabungan dengan
tingkat pendapatan.
Fungsi Tabungan
adalah semua pendapatan setelah dikurangi dengan konsumsi. Pada perekonomian
yang lebih luas pengurang pendapatan lebih banyak, seperti pajak dan lain-lain.
Fungsi tabungan secara matematis dapat di rumuskan sebagai berikut:
S = Yd – C dimana
S =
Tingkat tabungan agregat
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
Y = Tingkat pendapatan
C = Tingkat konsumsi
Sementara kita
ketahui diatas bahwa C = a + MPC(Yd) maka:
S = Y – (a + MPC(Yd)
S = Y – a – MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = –a + Y – MPC(Y)
S = Y – a – MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = –a + Y – MPC(Y)
S = –a + (1 – MPC)Yd
S
= Tabungan agregat
a = autonomous Income
MPC = Marginal Propensity to Consume
1—MPC = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd = Pendapatan disposable
a = autonomous Income
MPC = Marginal Propensity to Consume
1—MPC = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd = Pendapatan disposable
CONTOH
PERHITUNGAN:
FUNGSI INVESTASI (I)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi agregat
- Pengaruh
Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut. - Pengaruh
Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final. - Tingkat
Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik. - Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat. - Pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Jika investasi dilambangkan dengan huruf I dan tingkat bunga dilambangkan dengan huruf i, maka secara umum fungsi permintaan akan investasi dapat
dituliskan :
I = Investasi
I0 = Investasi otonom
i = Tingkat bunga
p = proporsi I terhadap i
I0 = Investasi otonom
i = Tingkat bunga
p = proporsi I terhadap i
Permintaan akan
investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan logika ekonomi hal
ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi, orang akan lebih
senang menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasikannya, sebab hasil
harapan (expected return) yang akan diperoleh dari bunga bank lebih besar
daripada hasil harapan yang akan diterima dari penanaman modal, akibatnya
permintaan akan investasi berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula mahalnya
kredit, sehingga mengurangi gairah investasi dikalangan pengusaha. Hal
sebaliknya terjadi jika tingkat bunga rendah.
FUNGSI IMPOR (S)
Impor suatu negara
merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung berkorelasi
positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin besar pula
kebutuhan atau hasratnya akan barang-barang dari luar negeri, sehingga nilai
impornya semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor antara lain:
- Kekurangan
produksi; suatu negara yang memiliki kebutuhan akan suatu barang dan jasa
melebihi kemampuan produksi agregatnya akan melakukan impor barang.
- Stabilitas
harga; suatu perekonomian yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri
dengan produksi agregatnya, membutuhkan impor ketika terjadi fluktuasi
harga pada barang dan jasa tertentu, terutama produk pertanian yang
suplainya tergantung pada musim panen.
- Ongkos
produksi; suatu perekonomian yang belum memiliki teknologi dan faktor
produksinya terbatas akan mengimpor barang dan jasa karena ongkos produksi
apabila diproduksi didalam negeri akan jauh lebih tinggi dari pada impor.
- Komponen
Barang dan Jasa; Suatu perekonomian yang sedang berkembang, memiliki
kebutuhan akan impor barang untuk memproduksi suatu barang yang belum
semua komponennya dapat dibuat sendiri, sementara barang tersebut sudah
menjadi kebutuhan dalam masyarakat perekonomian tersebut.
- Barang
modal; terutama untuk perekonomian yang sedang berkembang, membutuhkan
barang-barang modal untuk menghasilkan produk-produk yang menjadi
kebutuhan perekonomian tersebut.
Persamaan fungsi
impor:
FUNGSI PERMINTAAN
UANG
Sebab seseorang
menahan uang menurut Keynes adalah:
- Motif
transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan
untuk melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang
dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini ditentukan
oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar
tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk
transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
- Motif
berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi,
maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatang
yang sifatnya berjaga-jaga. Besarnya permintaan uang untuk berjaga-jaga
ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan pula. Semakin besar tingkat
pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga pun semakin besar. MDp =
f(Y).
- Motif
spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern diman
lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat
mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi,
yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berharga, seperti
obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya. Faktor yang
mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini adalah besarnya
suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain, fungsi
permintaannya adalah MDs = f(i).
ANALISIS IS—LM
Kurva IS adalah kurva yang
menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar
barang. Untuk model perekonomian sederhana (dua sektor), persamaan kurva IS
dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan investasi (I) terhadap persamaan tabungan (S).
CONTOH
Suatu perekonomian
memiliki fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y dan fungsi investasi I = 2000 – 5000i
fungsi tabungan
dengan C = 500 + 0,8Y adalah S = -500 + 0,2Y dan fungsi I = 2000 – 5000
No comments:
Post a Comment