Saturday, March 21, 2015

PAHIT MANIS MEDIA CETAK OLEH FAISAL EFENDI


PAHIT MANIS BISNIS MEDIA CETAK

    Menjalani bisnis media cetak ternyata tak segampang apa yang dipikirkan banyak orang. Apalagi  gugur dan berseminya media cetak sudah hal yang biasa di negeri ini. Tapi kondisi tersebut tak pernah membuat kapok para pelakunya. Ini bisa dilihat dengan  hadirnya beraneka ragam Koran, Tabloid, maupun Majalah yang ada di pasar komersial. Belum lagi dengan makin menjamurnya media cetak yang disebarluaskan secara gratis alias free. Apa sih pahit - manisnya menjalani bisnis media cetak itu ? Apa betul kalau berbisnis media cetak membutuhkan modal yang besar plus memakan waktu tiga sampai empat tahun untuk mencapai break event point ?
  Di awal keran kebebasan pers dibuka, memang mengundang banyak pebisnis maupun kalangan investor untuk mencicipi lezatnya bisnis ini. Implikasinya, puluhan hingga ratusan merek media cetak pun hadir di pasar – baik itu dalam bentuk Koran, Tabloid, maupun Majalah. Jadwal terbitnya pun beraneka ragam ; ada yang harian, mingguan, dwimingguan, sampai dengan bulanan. Yang tak kalah menarik lagi, saat itu banyak pula penerbit yang berlomba-lomba menggelar launching produknya dengan besar-besaran di berbagai hotel bintang lima.
   Tapi sayang, apa yang digembar-gemborkan di awal bisnis tersebut tak diikuti dengan tumbuh kembangnya bisnis yang dijalani. Kemudian, setelah bisnis tersebut telah bergulir satu hingga dua tahun lamanya – para pelaku bisnis media cetak pun mulai mengerutkan dahi akibat berat dan pahitnya menjalani bisnis media cetak. Alhasil tak bisa dipungkiri lagi, bila tiba-tiba ada Koran, Tabloid, maupun Majalah yang menghilang tanpa pamit. 
   Dinamika ini merupakan kenyataan yang membuat pebisnis media cetak harus lebih waspada dalam menjalani bisnisnya. Konsistensi dan inovasi merupakan sebuah langkah yang harus dinomersatukan. Nah, di edisi kali ini – Realitas Indonesia (RI) ingin mengupas lebih dalam mengenai pahit manisnya bisnis media cetak. Sajian tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui – tapi hanya memberikan sedikit brain storming perihal suka dukanya menjalani bisnis media cetak.


5 P  Dalam Bisnis Media Cetak
      Ada yang bilang bisnis media cetak nyawanya ada pada kemampuan meraih pendapatan iklan. Benar tidaknya pendapat itu anda sendiri yang bisa pikirkan. Nah, sebelum kita mengetahui benar tidaknya pendapat tersebut – maka ada baiknya kita fahami lebih dulu pengertian dari media cetak itu sendiri.

     Media cetak dalam kalimat sederhana bisa dikatakan sebagai wadah yang memberikan informasi kepada khalayak masyarakat dalam bentuk tulisan. Bisa berbentuk Koran, Tabloid, maupun Majalah. Untuk jenis Koran yang terbit harian ; dalam sajiannya mereka lebih mengedepankan pada sebuah berita yang bersifat aktual yang terjadi setiap hari – baik itu  informasi yang bersifat Nasional maupun Internasional. Karena itu, dalam pengerjaannya jenis media massa Koran sangat membutuhkan sumber daya manusia yang banyak dan mobile alias cekatan.
    Bila dicermati dari sisi alur bisnis media cetak ; dalam konsep pemasarannya tak beda jauh dengan produk non cetakan, yang mana tetap beracuan pada 5 P, yakni Product, Price, Promotion, Placement, and, People. Dari sisi Product ; sebuah media cetak harus mampu didukung sumber daya manusia yang betul-betul berkualitas. Dalam konteks ini, produk media cetak yang ditawarkan ke pasar harus bisa menyajikan tulisan yang enak dibaca, memiliki design lay out  yang menarik, dan yang paling utama yaitu mengandung asas manfaat bagi khalayak pembacanya. Oleh sebab itu kualitas wartawan yang dimiliki pun bukan sekedar orang yang memiliki kepandaian bertanya, tapi lebih pada kemampuan menguasai materi dari apa yang akan ditanyakan ke narasumber. Sebab, semuanya memiliki korelasi terhadap apa yang akan ditulis / diinformasikan kepada pembaca.
      Sejauh ini yang patut disayangkan, kadang masih ada wartawan yang kurang memahami apa yang dijelaskan narasumbernya. Padahal kondisi tersebut bisa menghadirkan gap antara apa yang dimaksudkan narasumber dengan hasil tulisan yang disajikan ke pembaca. Sebab itu, setiap media cetak biasanya memiliki redaktur pelaksana dan pemimpin redaksi yang senantiasa memberikan pengarahan. Disamping itu, yang lebih parah lagi, kadang kaidah penulisan  Bahasa Indonesia yang baik dan benar pun masih jauh dari harapan.
     Tanpa disadari, kadang agar tulisan yang tersaji enak dibaca oleh masyarakat – pedoman mengenai cara menulis yang baik dan benar menurut kaidah Bahasa Indonesia pun masih sering diloncati. Sebab ada istilah yang menyebutkan “Bahasa adalah Kunci Komunikasi” sehingga tak jarang kalau dalam penulisan, ada media cetak yang berupaya menghasilkan tulisan yang lebih bersifat komunikatif. Ini tak lain dan bukan dalam rangka menyajikan bacaan / tulisan menjadi enak dibaca.
     Bagaimana kaitannya antara kualitas tulisan dengan design lay out dari sebuah media cetak ? – seperti misalnya untuk jenis media majalah maupun tabloid ? – Untuk sebuah media cetak seperti majalah maupun Tabloid ;  design lay out dan tulisan sebenarnya sama-sama memiliki nilai yang sangat penting agar bisa diterima dengan baik di pasar. Apalagi untuk jenis majalah yang bisa digunakan sebagai dokumentasi serta dapat disimpan dalam waktu lama. Tapi, dari berbagai narasumber (selaku pemerhati dan pembaca media cetak) yang memiliki latar belakang berbeda satu dengan lainnya, ternyata mereka memiliki berbagai argumentasi / alasan yang beraneka ragam dalam menilai tulisan maupun design lay out dari sebuah media cetak.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqIzwnvgzHnadU1gAY2nV96Oys3178ezlFDpTkGH6ZPHl-QuiPPsWfOPd73ytu0YPQtXXb-22LkcS0yaBeLcDwQ5JZfbcQVDGFd6YEjAuz-xe_QajoJvBFjPEbJtUQmMb4C1wyhQoak4NM/s320/rth0408l.jpg    Sebagai misal pendapat dari orang yang kurang memahami tentang design lay out – rupanya bagi mereka, sebuah media cetak harus menyajikan sebuah informasi yang benar-benar memiliki manfaat bagi pembacanya. Apakah manfaat tersebut  hanya sekedar pengetahuan umum atau dapat juga berbentuk informasi yang berguna sebagai panduan dalam menjalani rutinitas yang dijalani. Setidaknya, apa yang dibaca bisa memberikan masukan ide dan pemahaman baru.Perihal design lay out-nya, bagi mereka ; asalkan gambar dan peletakannya proposional serta memiliki korelasi dengan isi tulisan, hal tersebut masihlah  dianggap wajar.

    Beda halnya bagi narasumber yang memahami tentang design lay out cetakan. Disamping memperhatikan isi tulisan, mereka sangat concern terhadap kualitas design lay out dari sebuah majalah maupun tabloid. Ada yang bilang, “penampilan merupakan kesan pertama” tutur salah seorang narasumber. Oleh sebab itu, bila ada penerbit yang menganggap informasi yang dibuat telah ditulis dengan baik dan enak dibaca, sebetulnya belumlah lengkap jika tanpa didukung kualitas design lay out yang menarik. Apalagi tak bisa dipungkiri kalau kita sebagai pembaca kadang memiliki titik jenuh dan membutuhkan visualisasi baru yang dapat me-refresh pikiran sekaligus memberikan bukti informasi dalam bentuk gambar / foto. Toh, informasi itu bukan sekedar tulisan tapi bisa berbentuk gambar.
         Nah, sekarang pilihan ada di tangan anda, jika anda menjadi pengusaha media cetak? Apakah lebih memilih media cetak yang menyajikan tulisan yang berbobot dan enak dibaca semata ? atau Anda lebih mengedepankan visual dari  design lay outnya saja ? Atau kedua-duanya yang harus saling mendukung ? Toh, anda yang mempunyai keputusan ; berapa banyak uang anda dibelanjakan untuk membeli media cetak tertentu. Sementara itu, bagi  kalangan penerbitnya sendiri - apakah  mereka mau lebih bersifat kreatif untuk terus memperbaiki produknya sehingga pembaca makin merasa puas.
      Dilihat dari sisi Price (Harga), dalam hal ini penentuannya tak bisa sembarangan. Sebab, setelah harga pokok produksi diketahui, maka si penerbit harus menentukan berapa persen margin keuntungan yang akan diambil. Sebab, memasarkan media cetak bukan sekedar menjual kertas – tapi juga menghargai hasil kerja dari informasi yang telah disajikan oleh para awak redaksi. Apalagi menghimpun informasi itu membutuhkan waktu dan perjuangan yang tak ringan.
     Bagi media cetak komersial, sebelum menentukan harga, biasanya mereka harus terlebih dahulu mengetahui berapa persen diskon yang akan diberikan ke para agen penjualan. Dan, untuk lebih jelas lagi lihat gambar Proses Distribusi Penjualan Koran, Majalah, dan Tabloid. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh media cetak baru dalam memasarkan produknya adalah ; mereka harus berhadapan dengan banyak media cetak yang telah dilempar ke pasar. Terkadang untuk masuk ke toko buku maupun agen penjual, si penerbit harus rela memberikan diskon besar sebesar 40%-50%.
        Menurut berbagai sumber yang Realitas Indonesia (RI) jumpai, baik dari kalangan praktisi maupun pengamat – ternyata sangat diakui bahwa menjalani bisnis media cetak jenis Koran Harian merupakan bisnis yang paling kompleks dan memiliki kesulitan tinggi. Mulai dari proses pencarian berita, produksi, pendistribusian, sampai dengan pemasaran. Dan, boleh dibilang, orang yang benar-benar bermodal besarlah yang berani terjun membuat Koran (apalagi di jaman sekarang ini).Sebab membangun pasar dan pembaca tak semudah yang dibayangkan.

Beberapa hal yang diperlukan menilai kualitas produk Majalah, Koran, dan Tabloid

1. Isi informasi yang disajikan, harus memiliki beberapa kriteria;

  • Mengandung asas manfaat.
  • Menyajikan informasi yang detail dan komprehensif
  • Memiliki akurasi data yang reliable.
  • Menghadirkan berbagai narasumber yang memiliki relevansi dengan materi yang ditulis.
  • Memiliki prinsip keseimbangan dalam pemberitaan.
  • Informasi yang diberikan bukan sekadar berita, tapi dapat juga dalam bentuk informasi yang bisa digunakan sebagai panduan bagi rutinitas pembacanya.
2. Memiliki desain lay out yang menarik, sederhana, dan eye catching.
3. Menyajikan informasi yang terstruktur dan mendalam untuk kupasan informasinya.
4. Menghadirkan tulisan yang enak dibaca dan mudah dipahami oleh kalangan pembacanya.
5. Menyajikan aneka rubrik ringan yang membuat pembaca lebih enjoy.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnJ0mviGH-Y2LQeIwddnx6Vg14qKJHgJOV3n5EZK_4qSlRFodBU8-uFaPnRMTmFfUqsggBKBi1pZWFv0176h6ocV7CkWlGuyUFnYwTez6nSEzaRsYxVYiN3SsStEswcsvl1nnH8JnaUG3L/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.24.58+PM.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5JkCaYoP-dQAvEvC16PzfRUET_rMzdkght00X98oYxJxeGPxDdMslbpeIhOkYDAHBUsdphR1Tie4WhNLC_FuHOMuzysse9wTZR5UoTbx9B2F0zkZ5wGtnjyFszacdwjBoaSkTy-2E4ZdS/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.27.27+PM.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbpbN-6XeS7aG-rK6y7RVldZo1zcTPfqo6ZCzg08CIhEW-97OYTVMylrDxfC1Odw8F2O5eFKyydUQmz-JgxC9FHHz6N5nLJkL9xtEqtP7ONgy5wIZ7_Jpxu1jippCeMyhFs2dHJxjOuQMa/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.28.09+PM.png

Divisi Sirkulasi ; divisi ini memiliki peranan meningkatkan sebaran produk di tempat-tempat yang tepat. Maksudnya, mereka yang bekerja di divisi ini harus mampu memilih tempat-tempat yang strategis dan produk tersebut mudah dilihat oleh orang banyak. Selain itu, kawasan yang dijadikan target penyebaran tersebut harus memiliki  potential buyers yang menjadi target dari produk yang akan dijual. Para pekerja di divisi ini, bukan sekedar hanya mengandalkan agen-agen penjualan media cetak, tapi juga harus pro aktif mencari pasar baru dengan berbagai penawaran yang menarik dan penuh kreatifitas. (Lihat jalur pendistribusian Media Cetak)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl8snDvApqJTZOMlc8TWBKKUMMz9p2_2JGE0qZhRCqoGmt6JObYqdf2_Oskqn3cexHmcz4NDlz5b8G1AowPxArUN5psP8-G65nGySK9nM1W71mC9U9NcaCDUp13Et7eAaCko98BtLID53M/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.23.15+PM.png
Tolok ukur dari kesuksesan divisi ini :

-   mampu melakukan penyebaran yang baik dan di tempat yang strategis

- mampu memilah dan memilih agen penjualan – terutama agen penjualan yang menghadirkan pola pembayaran maupun retur yang baik dan kooperatif

-  mampu meyakinkan para agen maupun toko buku bahwa produk yang mereka bawa sangat berkualitas

Divisi Promosi : fungsi dari divisi ini adalah bagaimana meng-create program promosi menjadi sarana untuk memperkuat brand image dari media itu sendiri. Kesuksesan maupun  tolok ukur dari keberhasilan Divisi ini terletak pada kemampuan membangun citra produk dan lebih bersifat intangible asset.Disamping itu, mereka juga harus membangun agar brand dari produk yang dijual mudah dikenal oleh khalayak masyarakat. Yang lebih penting lagi, dalam melakukan promosi, penerbit harus memilih langkah-langkah yang efektif dan efisien, tanpa terlalu menghambur-hamburkan biaya promosi.


Keuntungan dan Risiko Bagi Penerbit yang memiliki 1 s/d 3 buah Media Cetak ;

1. Penerbit bisa melakukan sindikasi peliputan diantara masing-masing media cetak. Misalkan ; Penerbit A memiliki media cetak X, Y, dan Z. Ketiganya memiliki jadwal penerbitan yang berbeda-beda. Maka, si penerbit bisa memberdayakan sumber daya manusia yang dipekerjakan untuk salah satu media cetak lainnya. (Lihat gambar)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq9lIqrylHagTJdC8maijW9ZM1Jq2ILyK9uqoMQ9IquSBHKd3kK5paVFJ6XZZGbRAAe6DVLoYqH7pFqtKzgPCpsPjVf9mWVh90Se2hls591mcWStYfRtFnuCkLrDXiWD6BrnTPxhSKjhUC/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.30.28+PM.png


 Risiko dari adanya sindikasi pemuatan berita oleh masing-masing awak redaksi ;

 - Bila satu orang mengerjakan dua media cetak, maka akan timbul ketidak fokusan dalam penyajian informasi

 -  Akan terbentur kepentingan atas visi dan misi yang dimiliki masing-masing media cetak. Sebagai missal ; visi dan misi dari media cetak harian tentu berbeda dengan media cetak mingguan, dan visi misi media cetak mingguan pun pasti berbeda dengan media bulanan.

-  Akan terjadi ketidakjelasan dalam pendelegasian wewenang di masing-masing media cetak



2. Penerbit bisa melakukan sindikasi pemasangan iklan diantara masing-masing media cetak. Misalkan ; Pemasang iklan di media cetak harian maka mereka akan mendapatkan pemasangan iklan di Media Cetak Mingguan maupun Bulanan. (Lihat gambar)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGKMn2RCsA_kWMp8yN_XmaDw94nhZsB9qDtkhyphenhyphencRTAujKwsLfUdA9MDGXzycLco0T8ZLpq1PBENB5T9XgjatIiUC3rxhjm3tlejDBc6t0EU_MRvAgDINwzM_cu-i_yu8_bw2xaL5TWKdXl/s640/Screen+shot+2013-02-19+at+9.31.12+PM.png

§  Media cetak harian memiliki tarif iklan lebih mahal dibandingkan dengan media cetak mingguan maupun bulanan. Sebab itu ini bisa dijadikan sebagai sebuah sinergi yang mana tentunya menguntungkan  pemasang iklan di media cetak harian sebab mereka akan mendapatkan bonus pemasangan iklan di media cetak mingguan maupun bulanan, seperti pada gambar di atas
§  Bagi pemasang iklan di media cetak mingguan pun demikian, mereka bisa mendapatkan bonus pemuatan iklan di media cetak bulanan. (ini dikarenakan tarif iklannya di media cetak mingguan lebih mahal dibanding media cetak bulanan.
§  Sebaliknya pemasang iklan di media cetak bulanan – mereka tidak akan mendapatkan bonus pemasangan di media mingguan maupun harian, dikarenakan tarif iklan di media bulanan jauh lebih murah.
     Semua bentuk sindikasi ini, hanya sebuah analisis yang bisa digunakan oleh penerbit yang memang telah memiliki banyak media, dengan catatan Penerbit harus berhitung kembali dengan teliti komposisi beban biaya dari masing-masing media cetak tersebut. Pada kenyataannya sudah ada beberapa penerbit yang menerapkan demikian.

Risiko dari adanya bonus bagi pemasang iklan seperti diatas adalah;
-   Akan adanya kanibalisasi – maksudnya salah satu media cetak yang termurah hanya dijadikan sebagai pancingan
-  Tidak semua pemasang iklan mau mengambil system bonus tersebut, sebab mereka harus mengetahui apakah segmen target pasar dari media cetak yang dijadikan sebagai bonus adalah berbeda dengan media utama yang dipilihnya. Jika memang segmen target pemasangnya sama maka hal ini sangatlah sia-sia.
-  Tidak akan menghadirkan kreatifitas bagi para tenaga penjual iklan (para Account Executive) untuk menghasilkan terobosan – yang bukan semata-mata memberikan bonus pada pemasang iklan.


No comments:

Post a Comment